Senin, 02 April 2018

Panda Nokturnal (Tantangan Fiksi : Deskripsi)

sumber gambar : AliExpress/ledertek/google.

                            

Apa karena gelap mata ini sulit terlelap? Bukankah gelap membuat lelap? Entahlah rasanya aturan itu tak berlaku untuk makhluk nokturnal. Bagi mereka yang nokturnal gelap adalah awal hari. Dimana energi masih sangat besar untuk memulai semua petualangan. Sepertinya mata berminus ini menganut aliran nokturnal. Tiada lelah terpancar darinya,meski yang dipandangi hanya tembok putih penuh coretan pensil berwarna-warni yang terlihat indah meski hanya terkena sorot lampu dari ruangan sebelah. Coretan berupa garis yang semrawut hingga bentukan menyerupai mobil, bus, helicopter, rumah, dan hewan yang jauh dari bentukan aslinya memenuhi dinding ruang yang cukup menampung dua tempat tidur dengan ukuran besar dan sedang. “Hmmm, selamat datang malam.” Sekedar sapaan kulontarkan dengan malas sambil turun dari tempat tidur dan dijawab sayup-sayup dengkuran yang naik turun dengan teratur. Entah sejak kapan badan ini menjadi pengikut burung hantu, ingin rasanya berhenti. Tapi mungkin belum malam ini.


Basuhan air dingin menambah segar wajah yang menolak untuk beristirahat. Ia malah menuntut dibersihkan untuk menyambut hari. Baiklah tak mengapa, lagipula dengan sering mencucinya akan terhindar dari penuaan dini. Itu sudah menjadi momok tersendiri bagi wanita yang sudah masuk kategori usia dewasa matang, ditambah suka gentayangan di malam hari. Akhirnya setelah memenuhi semua keinginan di kamar mandi, maka keinginan di dapur mulai menuntut. Sebilah pisau bergagang hitam mengukir seruas jahe berukuran lebih besar dari ibu jari. Setelah dicuci, jahe itu diremukan dan berakhir melayang-layang di dalam panci berisi air yang sudah bertanggar di atas nyala api. Tak lama aroma jahe mulai menyeruak dari panci yang tengah bergolak. Air jahe itu pun kemudian berpindah tempat ke dalam mug putih yang cukup tinggi. Dua sendok gula cukup membuatnya manis. Terlalu banyak gula akan menelan rasa jahenya, dan itu bukan seleraku. ” Selamat minum.” Lagi-lagi mulut ini bicara sendiri tanpa butuh jawaban. Akan jadi sedikit horor jika ada yang tiba-tiba menjawab.


Terduduk di sudut kanan bawah tempat tidur adalah tempat terbaik untuk menyesap air jahe yang masih mengepul, karena berdekatan dengan meja.  Dari sudut itu pula, dua lelaki yang aktif melukis hidup ini terlihat jelas. Sungguh benar rupanya, bahwa darah memang lebih kental dari air saat menonton mereka terlelap menggenggam mimpi. Posisi tidur dengan tangan dibawah telinga, menghadap ke kanan, mulut sedikit terbuka, sesekali tangan lainnya akan menggaruk telinga, semua sama persis. Namun masih ada satu hal lagi yang terlewat, “Jangan lupa rapat kemarin ya, lari ya?”. Suara ini sudah menemani selama sewindu dan hal yang biasa jika berbunyi tiba-tiba di tengah malam tanpa sadar. “Oh begitu.” Rupanya si kecil menimpali kalimat ayahnya malam ini, membuatku terkikik menahan geli sambil menutup mulut. Pemandangan seperti ini menjadi hiburan tersendiri dalam sunyi. Namun juga menghadirkan tanya, apakah mereka bahagia dalam membersamaiku? Apakah diri ini sudah memberikan yang terbaik bagi kebahagiaan mereka? Ah inilah efek melankolis masih terjaga hingga lewat tengah malam. Membuat mata mudah berkaca-kaca dan hati menjadi galau nelangsa, larut dan tenggelam dalam asa hingga memakan waktu tanpa terasa.


Pukul 02.30 dini hari, air jahe rupanya mulai membuahkan hasil membawa kantuk masuk ke dalam ruang yang temaram. Mata yang juga bersilinder lebih dari dua pun mulai terasa berat. Menguap mulut ini lebih dari tiga kali pertanda baik untuk segera tidur. Suasana hati,pikiran, dan ruangan sudah kondusif untuk menjemput mimpi. Subuh kali ini bisa kulewati karena sedang dapat cuti shalat. Bangun sedikit terlambat menjadi bonus di hari ini. Perlahan tubuh yang mulai lelah terbaring di samping lelaki mungil penggemar kereta api. Pipinya yang mengemaskan kujadikan sasaran kecupan sebelum tidur. Tak lupa mulut yang sudah menghabiskan satu mug tinggi air jahe ini, komat-kamit melantunkan doa.”Selamat pagi dan selamat tidur.” Pekikku perlahan. Sambil menjemput lelap, dalam hati berharap mata panda tak akan terlihat di pagi yang ceria. Namun jikalau masih ditemui, apa daya?! Sebutan panda nokturnal sudah melekat padaku sejak lama.


#onedayonepost

#tantangan1fiksi

#kelasfiksi



12 komentar:

  1. Ikut mellow bunda. Hehehe...
    Iya nih, duh mata panda. #eh :D

    BalasHapus
  2. Hehe, makasih mba Nia udah mampir

    BalasHapus
  3. Sukaa..deskripsinya apik😍😍

    BalasHapus
  4. Saya klo mau cepet tidur baca buku. Belom dua lembar udah tepar duluan 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pernah coba begitu, tp kalo pas baca dan penasaran saya malah baca smp in pagi dan ga jd tidur😅

      Hapus
  5. Hahaha, jadi ini ya sebabnya sering setor tengah malem 🤣 Toss dulu ah bun 😍

    BalasHapus
  6. Wah.. Keren bun..😎😎😎 aku juga mata panda..😥 walaupun bukan masuk golongan nokturnal sih.. Kenapa ya?

    BalasHapus
  7. Sering kelelahan sm kecapekan kali mba 😊

    BalasHapus
  8. Hidup mata panda!!! ✊✊✊

    BalasHapus