sumber gambar : www.rumah123.com
“Kau tahu, aku pagi buta ini
sudah dimandikan untuk tugas mulia yaitu menjadi pembersih.” Cerita Sam sambil
mengunyah makanan.
Tubuhnya yang kurus kering
terkadang menggigil, dan ia hanya menggosok-gosokan tangan ke bagian tubuh yang
dingin agar lebih hangat.
“Aku berterimakasih padamu
yang sudah sudi menemaniku sarapan pagi ini.” Susu dalam gelas kini mulai
diteguknya sedikit.
“Agar tidak bosan aku akan
bercerita bagaimana rasanya dimandikan itu. Sensasinya seperti kau sedang
berlibur di tanah bersaju dan terbenam di dalamnya, dingin sekali.” Uap masih
keluar dari mulut Sam yang sesekali berhenti mengunyah.
“Aku yakin kau tidak akan menyukainya,
apalagi setelahnya kau bertugas, sekalipun itu tugas mulia menjadi pembersih. Tak
selamanya menjalani tugas mulia itu menyenangkan, botol-botol itu baunya sangat
menyengat, ditambah kulit kacang yang bersatu dengan muntahan yang lengket tak
kalah menyengat disbanding botol-botol berwarna itu. Kau pasti akan merasa
mual.”
Mata Sam yang sedari awal
terus memperhatikan apa yang ada di depannya sesekali menunduk tak tega. Ingin ia
melakukan sesuatu tapi ia masih ragu.
“Kau tahu? Aku merasa kalau
kita sama. Kau dan aku sama-sama terperangkap.” Lirih Sam.
Suara decitan dari balik
jeruji membalas lirihnya, mata kecil kini menatap mengiba ke mata Sam.
“Aku tahu kau ingin bebas,
tapi sudah terlambat, sebagian tubuhmu sudah lengket, dan kini tinggal menunggu
waktu saja.”
Sam memberi si pemilik
decitan itu sepotong kecil roti yang sudah disiapkan dan disambut baik oleh si
penerima.
“Kau tahu, makan bisa jadi
hal baik dan hal buruk. Hal baik untukmu karena kau mati tidak dalam keadaan
lapar. Sedangkan makan buruk untukku karena aku diberi makan untuk menjadi ‘makanan’
bagi yang lain yang mengharuskanku hidup.” Air mata Sam mulai mengalir, bocah
lelaki itu merasa gelap dan nanar.
“Aku mulai berpikir.” Sam
mencoba menghapus air matanya, ia melihat sepotong roti yang diberikan pada si
pemilik decitan sudah hampir habis dimakan.
“Apa karena aku menjebakmu
dalam perangkap ini maka aku juga terjebak disini? Kalau memang begitu,
seharusnya aku akan cepat mati setelah makan sepertimu. Tapi tidak bagiku,
mengapa aku terjebak di sini dan masih hidup? mati lebih baik buatku. Aku ingin
bertukar tempat denganmu.”
Suara Sam penuh emosi, ingin
ia berteriak melampiaskan, tapi dirinya hanya sendiri disini.
Matanya yang basah mulai
menyaksikan si pemilik suara berdecit mulai kesakitan dan mengerang, tubuhnya
seperti terkena sengatan listrik, muntah, tersiksa, lalu tak lama sudah tak
bernyawa.
“Sam! Cepat mandi, para paman
akan segera datang, kau harus bersiap!” teriakan yang dibenci telinga Sam
sehabis ia diberi makanan enak didengarnya.
“Ini saatnya aku masuk
perangkap dengan sukarela sepertimu. Para paman itu akan datang dan
memperlakukanku seperti boneka mainannya. Menjijikan dan menyiksa, aku didandani dengan pakaian yang bagus dan mahal agar tampak menyejukan mata. Tapi itu
adalah racun mematikan seperti roti yang kau makan.” Getir Sam.
Ia bangkit dari duduknya,
membersihkan dirinya dan berhias dengan pakaian yang bagus. Rambutnya yang
tipis kini telah kelimis, tubuhnya telah wangi karena parfum impor yang
diharuskan disemprot di bajunya.
Ia menanti di sebuah kamar
luas yang bagus dan mewah, sejuk karena AC, dengan beragam makanan tersaji di
meja.
Ia tinggal menunggu ‘sepotong
roti’ yang akan membuatnya sesak, sakit, dan ia berharap kali ini akan langsung
mati.
“Hallo Sam, paman sudah
kangen denganmu.”
Maafkan
aku karena telah menjebakmu dan membuatmu mati perlahan. Tapi kumohon kali ini bawalah
aku mati bersamamu, karena aku sudah tak tahan terus memakan ‘sepotonng roti.
Jerit Sam dalam hati sambil
membayangkan seekor tikus yang mati dalam perangkapnya tadi pagi.
#onedayonepost
#odopbatch5
#menjelang lulus.
Tes
BalasHapusSudah bisa dikomen mbak 😁 sepertinya sudah ketemu pilihannya mau di kelas yang mana 🙈
BalasHapusWah mba alif berkunjung,jd malu, hehehe, iyq mba sdh pilih kelas😆, trimakasih mba alif sdh mampir😘
Hapus