sumber gambar : distributor plastik surabaya.wordpress.com/google
“Only God know’s why…ooooohh!”
suara merdu alias merusak dunia terdengar sangat kencang dari kamar
berpintu coklat muda dengan palet coklat tua. Gadis ingusan berkaos merah dan
bercelana pendek selutut berwarna biru cerah sedang asyik berjingkrak-jingkrak
sambil bernyanyi mengikuti suara lagu yang keluar dari sebuah mini compo. “Ade!
Belikan Mama minyak tanah empat liter sekarang!”. Suara khas mama mampu
membanting suara lantang nyanyian gadis itu, maklum mama yang merupakan guru
fisika dengan predikat killer punya
suara dengan daya 220 volt. “Iya Ma!” Jawaban langsung terdengar dari gadis
yang sudah berlumur keringat di dahi, punggung, leher, dan ketiak langsung berhambur
keluar kamar. Ia tahu jika menunda perintah mama, harus bersiap menerima omelan
keramat yang saktinya melebihi tongkat Sun Go Kong. Takut kena kutuk jadi
monyet, gadis berambut super pendek itu segera mengambil jerigen kecil berwarna
ungu yang muat menampung minyak tanah sampai empat liter. “Ini dua puluh ribu
ya.” Mama memberikan dua lembar uang sepuluh ribuan yang langsung diterima
gadis yang kini memegang jerigen minyak tanah.” Buat ade mana Ma?” rajuknya sambil memasang wajah memelas. Lalu
uang tambahan sebesar dua ribu rupiah turut masuk dalam saku kanan celana biru
cerah.”Yosh!bisa jajan es krim.”
Siang yang terik tak
membuat gadis yang terlalu girang ingin makan es krim itu untuk berjalan jauh
menuju warung dengan menenteng jerigen minyak tanah. Sambil sesekali bersenandung
menyusuri jalan setapak yang lengang berdebu dan berbatu hingga terlihat jalan
raya besar yang dilewati beragam kendaraan. Angkot, bus, truk gandeng, motor,
mobil bak terbuka, kadang sesekali sepeda melintas di jalan itu. Jerigen yang
kini bergoyang-goyang di tangan mengikuti alunan senandung menapaki trotoar
jalan yang pinggirannya bercat hitam putih dan terlihat kusam. “Aku ingin
begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali, aku ingin terbang
bebas di angkasa, hoii helicopter bagi
uang dong.” Nyanyiannya berubah lirik
ketika mata besar gadis yang dipanggil ade oleh mama melihat helicopter di langit yang dihiasi
sedikit awan, “Ah dasar pedit keked
mengkeneng cap jahe mere ge hese, huh!”
Protes gadis yang juga berpostur bongsor.
Dengan sedikit dongkol di hati diteruskan pula perjalanan menuju warung. Hanya dengan
beberapa langkah besar dan cepat, warung yang bersebelahan dengan sebuah KUD akhirnya
terlihat. Melihat poster iklan es krim dari tempat gadis itu berjalan, langkah
besar dan cepat langsung berubah menjadi sprint
dengan kecepatan maksimal.
Jerigen kecil berwarna
ungu yang sedari tadi bergelantungan di tangan yang berjari buntet, kini tegap
berdiri di samping drum minyak besar yang telah pudar warna hijau dan
kuningnya. Karat pun turut menghiasi drum yang tak bertutup itu. “Bu, minyak
tanahnya empat liter ya.” Pinta gadis yang kini melap keringat di dahi dengan
kaos dibagian lengan. “Oke siap.” Jawab seorang ibu dengan rambut keritingnya
diikat model ponytail. Ibu berkuncir
itu segera menuangkan minyak tanah ke dalam jerigen milik si gadis yang kini
sedang asyik memilih es krim. “Coklat, Vanila, apa Strawberry yang enak? hmmm.” Dagu dengan belahan tipis di
tengah diketuk-ketuk dengan jari telunjuk. Tanda kebingungan memilih rasa,
ingin semua rasa dicoba. Tapi apa mau dikata uang hanya dua ribu rupiah saja. “Coklat
waelah, biar tambah manis dan tak
sinis siapa tahu bisa jadi masinis, tutut.”
Mulutnya komat-kamit sendiri. Es krim coklat kini berpindah tempat dari container ke tangan yang jarinya
diperebutkan es krim dan uang yang bergulung.
Usai membayar kontan
semua belanjaan, tak langsung ia beranjak pulang. Bangku panjang berwarna putih
kusam menjadi pelabuhan sementara. Es krim coklat yang sudah sangat ingin
dinikmati tak berlama-lama dibiarkan di dalam pembungkus dengan warna serupa. Es
krim stick itu mulai digigit ujung
atasnya, lalu lumer di lidah. “Aduh memang, raos
pisan makan es krim di siang nu
ngabelentrang, only God know’s why? Hehehe. Beberapa gigitan saja es krim
coklat itu kini tinggal batang stick yang
bersisa. “Mari Bu.” Pamitnya pada sang pemilik warung.”Muhun mangga neng”. Jalanan yang semula dilalui kini harus
ditempuh kembali. Tangan yang awalnya ringan kini memikul empat liter minyak
tanah. Meski demikian, wajah gadis itu masih sama cerianya saat ia berangkat ke
warung. “Hayu urang balik kompan, makan
siang menanti, hahaha”. Ia melangkah
dengan jerigen di tangan kanan.Hal yang berbeda hanya tangan kanannya menjadi
berat ke bawah karena membawa jerigen yang penuh dengan minyak.”Mendaki gunung
lewati lembah sungai mengalir indah ke samudera bersama kompan bertualang menjemput makan siang, lalalalalala.Ninja Hatori, ciaw”
Nyanyian tak jelas kembali menemani perjalanan pulang siswi yang baru lulus dari kelas enam sekolah
dasar itu.
Terjemahan :
- “Ah dasar pedit keked mengkeneng cap jahe mere ge hese, huh!”: Ah dasar pelit sekali amat sangat, cap jahe ngasih juga susah.
- “Aduh memang, raos pisan makan es krim di siang nu ngabelentrang, only God know’s why? Hehehe: Aduh memang enak sekali makan es krim di siang yang panas sekali, hanya Tuhan yang tahu mengapa, hehehe
- “Hayu urang balik kompan, makan siang menanti, hahaha”.: ayo kita pulang jerigen makan siang menanti
- Kompan : jerigen.
#onedayonepost
#kelasfiksi
#masihtantangandeskripsi.
Huah... keren. Keren. Kereeennn...
BalasHapusMakin cinta dengan karyanya bunda.
sungkem sama Mastah nih 😇😍😘👍👏
Alhamdulillah, terimakasih tp blom mastah yuk Nia, perjalanan masih panjang banget 😁
HapusKeren... Unyu ceritanya. Hehe
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih mba Ria, mampir lg ya😉
HapusFull description. Asik bingiiitt
BalasHapusMba desi lama tak jumpa, makasih banyak lho dah mampir meski beda aliran 😍😁
HapusAsyik mbak, suka sama karakternya ceria banget😍
BalasHapusMakasih mba Leska 😊 lain kali mampir lagi ya
BalasHapusHadududu😂
BalasHapusCeritanya enak bunda, ngalir
Alhamdulillah, terimakasih mba ren,masih perlu banyak belajar ini juga, mampir lagi ya 😁
HapusMengalir seperti air 😃
BalasHapusMacam bengawan solo ya Fi 😂😂😂, makasih Rafi udah mampir, semangat 👍
BalasHapusaduh saya suka, baca cerita sambil belajar bahasa. semangat bunda
BalasHapusMakasih mba dian sdh mampir, ayo belajar bahasa sunda, meski saya juga ga terlalu bisa2 bgt 😁
HapusJadi bisa belajar bahasa sunda.. tulisanku nggak aku kasih terjemahan. Mestinya kek gini ya, hehe,makasih untuk tulisannya
BalasHapusTerimakasih kembali mba Kila, makasih jg sudah mampir 😊
HapusAku bacanya malah sambil nyanyi... 😂😂😂 asyik banget karakternya si Ade euy..
BalasHapusMakasih mba lia udah mampir 😊
HapusJafi ikut gembira seperti karakter yg dituliskan
BalasHapusHehehe, alhamdulillah, smg gembira terus mba wid 😊
Hapus