Kamis, 05 April 2018

Jerigen (Tantangan Deskripsi 2)

sumber gambar : distributor plastik surabaya.wordpress.com/google



Only God know’s why…ooooohh!”  suara merdu alias merusak dunia terdengar sangat kencang dari kamar berpintu coklat muda dengan palet coklat tua. Gadis ingusan berkaos merah dan bercelana pendek selutut berwarna biru cerah sedang asyik berjingkrak-jingkrak sambil bernyanyi mengikuti suara lagu yang keluar dari sebuah mini compo. “Ade! Belikan Mama minyak tanah empat liter sekarang!”. Suara khas mama mampu membanting suara lantang nyanyian gadis itu, maklum mama yang merupakan guru fisika dengan predikat killer punya suara dengan daya 220 volt. “Iya Ma!” Jawaban langsung terdengar dari gadis yang sudah berlumur keringat di dahi, punggung, leher, dan ketiak langsung berhambur keluar kamar. Ia tahu jika menunda perintah mama, harus bersiap menerima omelan keramat yang saktinya melebihi tongkat Sun Go Kong. Takut kena kutuk jadi monyet, gadis berambut super pendek itu segera mengambil jerigen kecil berwarna ungu yang muat menampung minyak tanah sampai empat liter. “Ini dua puluh ribu ya.” Mama memberikan dua lembar uang sepuluh ribuan yang langsung diterima gadis yang kini memegang jerigen minyak tanah.” Buat ade mana Ma?”  rajuknya sambil memasang wajah memelas. Lalu uang tambahan sebesar dua ribu rupiah turut masuk dalam saku kanan celana biru cerah.”Yosh!bisa jajan es krim.”

Siang yang terik tak membuat gadis yang terlalu girang ingin makan es krim itu untuk berjalan jauh menuju warung dengan menenteng jerigen minyak tanah. Sambil sesekali bersenandung menyusuri jalan setapak yang lengang berdebu dan berbatu hingga terlihat jalan raya besar yang dilewati beragam kendaraan. Angkot, bus, truk gandeng, motor, mobil bak terbuka, kadang sesekali sepeda melintas di jalan itu. Jerigen yang kini bergoyang-goyang di tangan mengikuti alunan senandung menapaki trotoar jalan yang pinggirannya bercat hitam putih dan terlihat kusam. “Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali, aku ingin terbang bebas di angkasa, hoii helicopter bagi uang dong.” Nyanyiannya berubah lirik ketika mata besar gadis yang dipanggil ade oleh mama melihat helicopter di langit yang dihiasi sedikit awan, “Ah dasar pedit keked mengkeneng cap jahe mere ge hese, huh!” Protes gadis yang juga berpostur bongsor. Dengan sedikit dongkol di hati diteruskan pula perjalanan menuju warung. Hanya dengan beberapa langkah besar dan cepat, warung yang bersebelahan dengan sebuah KUD akhirnya terlihat. Melihat poster iklan es krim dari tempat gadis itu berjalan, langkah besar dan cepat langsung berubah menjadi sprint dengan kecepatan maksimal.

Jerigen kecil berwarna ungu yang sedari tadi bergelantungan di tangan yang berjari buntet, kini tegap berdiri di samping drum minyak besar yang telah pudar warna hijau dan kuningnya. Karat pun turut menghiasi drum yang tak bertutup itu. “Bu, minyak tanahnya empat liter ya.” Pinta gadis yang kini melap keringat di dahi dengan kaos dibagian lengan. “Oke siap.” Jawab seorang ibu dengan rambut keritingnya diikat model ponytail. Ibu berkuncir itu segera menuangkan minyak tanah ke dalam jerigen milik si gadis yang kini sedang asyik memilih es krim. “Coklat, Vanila, apa Strawberry yang enak? hmmm.” Dagu dengan belahan tipis di tengah diketuk-ketuk dengan jari telunjuk. Tanda kebingungan memilih rasa, ingin semua rasa dicoba. Tapi apa mau dikata uang hanya dua ribu rupiah saja. “Coklat waelah, biar tambah manis dan tak sinis siapa tahu bisa jadi masinis, tutut.” Mulutnya komat-kamit sendiri. Es krim coklat kini berpindah tempat dari container ke tangan yang jarinya diperebutkan es krim dan uang yang bergulung.

Usai membayar kontan semua belanjaan, tak langsung ia beranjak pulang. Bangku panjang berwarna putih kusam menjadi pelabuhan sementara. Es krim coklat yang sudah sangat ingin dinikmati tak berlama-lama dibiarkan di dalam pembungkus dengan warna serupa. Es krim stick itu mulai digigit ujung atasnya, lalu lumer di lidah. “Aduh memang, raos pisan makan es krim di siang nu ngabelentrang, only God know’s why? Hehehe. Beberapa gigitan saja es krim coklat itu kini tinggal batang stick yang bersisa. “Mari Bu.” Pamitnya pada sang pemilik warung.”Muhun mangga neng”. Jalanan yang semula dilalui kini harus ditempuh kembali. Tangan yang awalnya ringan kini memikul empat liter minyak tanah. Meski demikian, wajah gadis itu masih sama cerianya saat ia berangkat ke warung. “Hayu urang balik kompan, makan siang menanti, hahaha”. Ia melangkah dengan jerigen di tangan kanan.Hal yang berbeda hanya tangan kanannya menjadi berat ke bawah karena membawa jerigen yang penuh dengan minyak.”Mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah ke samudera bersama kompan bertualang menjemput makan siang, lalalalalala.Ninja Hatori, ciaw” Nyanyian tak jelas kembali menemani perjalanan pulang siswi yang baru lulus dari kelas enam sekolah dasar itu.

Terjemahan :
  1. “Ah dasar pedit keked mengkeneng cap jahe mere ge hese, huh!”: Ah dasar pelit sekali amat sangat, cap jahe ngasih juga susah.
  2. “Aduh memang, raos pisan makan es krim di siang nu ngabelentrang, only God know’s why? Hehehe: Aduh memang enak sekali makan es krim di siang yang panas sekali, hanya Tuhan yang tahu mengapa, hehehe
  3. Hayu urang balik kompan, makan siang menanti, hahaha”.: ayo kita pulang jerigen makan siang menanti
  4. Kompan : jerigen.
#onedayonepost
#kelasfiksi
#masihtantangandeskripsi.

20 komentar:

  1. Huah... keren. Keren. Kereeennn...
    Makin cinta dengan karyanya bunda.
    sungkem sama Mastah nih 😇😍😘👍👏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terimakasih tp blom mastah yuk Nia, perjalanan masih panjang banget 😁

      Hapus
  2. Keren... Unyu ceritanya. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terimakasih mba Ria, mampir lg ya😉

      Hapus
  3. Full description. Asik bingiiitt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba desi lama tak jumpa, makasih banyak lho dah mampir meski beda aliran 😍😁

      Hapus
  4. Asyik mbak, suka sama karakternya ceria banget😍

    BalasHapus
  5. Makasih mba Leska 😊 lain kali mampir lagi ya

    BalasHapus
  6. Hadududu😂
    Ceritanya enak bunda, ngalir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terimakasih mba ren,masih perlu banyak belajar ini juga, mampir lagi ya 😁

      Hapus
  7. Macam bengawan solo ya Fi 😂😂😂, makasih Rafi udah mampir, semangat 👍

    BalasHapus
  8. aduh saya suka, baca cerita sambil belajar bahasa. semangat bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mba dian sdh mampir, ayo belajar bahasa sunda, meski saya juga ga terlalu bisa2 bgt 😁

      Hapus
  9. Jadi bisa belajar bahasa sunda.. tulisanku nggak aku kasih terjemahan. Mestinya kek gini ya, hehe,makasih untuk tulisannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kembali mba Kila, makasih jg sudah mampir 😊

      Hapus
  10. Aku bacanya malah sambil nyanyi... 😂😂😂 asyik banget karakternya si Ade euy..

    BalasHapus
  11. Jafi ikut gembira seperti karakter yg dituliskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, alhamdulillah, smg gembira terus mba wid 😊

      Hapus