sumber gambar: B-one/google
“Sudah saatnya kamu mati Nyi,
kamu sudah terlalu lama hidup dan jadi penghalang.”
Sosok tampan berjubah biru laut
dengan rambut sebahu, tersenyum menghadap si Hitam dan berkata-kata, senyumnya
lebih pantas disebut seringai dendam yang puluhan tahun dipendam.
Nyi Ratu tersentak begitu masuk
ke ruang prakteknya melihat sosok pria tampan yang sudah lama tak dilihatnya.
“Arya Pasangti?” sebut Nyi Ratu
“Teteh... ah maaf, Nyi Ratu.”
Jawab pria bernama Arya Pasangi, lalu mencium tangan Nyi Ratu dengan takjim.
“Apa hal gerangan yang membawamu
kemari?” Nyi Ratu kemudian duduk di tempat biasanya.
“Ah, aku khawatir denganmu Nyi
Ratu, kudengar banyak musuh yang mendatangimu karena Kujang Ki Galung.” Arya Pasangti kemudian duduk berhadapan
dengan Nyi Ratu.
“Kamu tidak perlu khawatir,
lagipula kujang itu bisa memilih pemiliknya sendiri, aku hanya dititipi
sementara waktu saja.” Senyum Nyi Ratu terukir dan menunjukan raut wajah
tenang.
“Nyi Ratu, sebentar lagi masuk
purnama darah, Nyi Ratu sudah barang tentu tidak lupa, pada perjanjian kakang
Pasang.”
Nyi Ratu tertegun, adik iparnya
mengingatkan rentang waktunya yang semakin sempit.
“Tentu saja aku ingat Arya, aku tidak
mungkin lupa akan hal itu.” Tandas Nyi Ratu
“Ah begitukah? Syukurlah kalau
begitu, panggil saja aku kalau Nyi Ratu butuh bantuan.”
Arya Pasangti kemudian memegang
perut sebelah kirinya dan meringis.
“Ada apa Arya? Apa kau sedang
terluka?” nada cemas keluar dari mulut Nyi Ratu
“Ah sebenarnya iya, kemarin aku
bertemu Kebo Tanding di Galunggung dan ia mengira aku menginginkan posisi
kuncen, dia menyerangku dengan ajian brathapanajang.” Keluhnya
“Ah begitu rupanya, Kebo Tanding
memang suka gegabah dan terburu-buru, biar kuobati dirimu.”
Mendengar Nyi Ratu berbicara
seperti itu Arya Pasangi tersenyum senang dan merasa menang, karena itulah yang
diharapkannya.
Nyi Ratu mulai membakar kemenyan,
lalu meminum kopi hitam, setelah itu mulai membaca mantra penawar. Bunga Kantil
dibakarnya dalam kemenyan, lalu dicelupkan ke dalam air dan dibacakan mantra
lagi.
Setelah selesai mengucap mantra
terakhir ia pun memberikan segelas air penawar yang dibuat untuk Arya Pasangi.Ah
Dalam satu tegukan saja Arya Pasangi
meminum ramuan itu.
“Ah, beruntung aku mempunyai
saudara ipar yang sakti seperti Nyi Ratu, aku bisa langsung disembuhkan ketika
terkena aji-aji. Terimakasih Nyi.” Ucapnya dengan raut wajah
Nyi Ratu hanya tersenyum saja
melihat adik iparnya senang. Tak lama Arya Pasangi pamit undur diri, dan
menghilang di depan Nyi Ratu, yang tersisa hanya asap sisa ajian Arya Pasangi.
Merasakan hal yang aneh dalam
tubuhnya, Nyi Ratu terhenyak terkejut.
“Arya Pasangti, kau...” Ada nada
marah dalam perkataan Nyi Ratu, ia memegangi dadanya, lalu pergi meninggalkan
ruang praktek.
“OMG! Nyi Ratu diracun, gimana
ini?!” Seru si Ntal
“Dasar pikasebeleun, Nyi
Ratu diracun lewat saya lagi.” Keluh si Hitam
“Memang ya jaman now itu
yang namanya racun dunia bukan hanya kaum hawa tapi kaum adam juga.” Ujar si Ntil.
“Yah inilah yang orang-orang bilang
akhir jaman, saling bunuh antar kerabat dan saudara sudah jadi headline
di media, jangankan antar saudara, anak kandung bunuh ibunya pun sebaliknya,
bayi baru lahir dibunuh paling bagus dibuang, ayah bunuh anak, anak bunuh ayah,
saling bacok antar warga dan tetangga, nyawa itu udah kagak ada
harganya,ckckckc.” Tutur si Nyan
"Tenang, masih banyak yang berharga di dunia ini." Ujar si Hitam
"Apaan coba?" Tanya si Ntil.
"Barang diskon di mall ! Saking berharganya diburu banyak orang, heuheuy deudeuh!"
"Apaan coba?" Tanya si Ntil.
"Barang diskon di mall ! Saking berharganya diburu banyak orang, heuheuy deudeuh!"
Mereka pun akhirnya tertawa terpingkal-pingkal seperti biasanya, meskipun mereka menaruh cemas pada Nyi Ratu.
“Racun Pathigeni, Arya Pasangi
memang berniat membunuhku, kau tak akan aku ampuni! Uhukk.” Nyi Ratu
terbatuk mengeluarkan darah
Bersambung.
pikasebeleun : menyebalkan
#tantangancerbung
#onedayonepost
#odopbacth5
#bismillahlulus
T_T
BalasHapusSemoga Nyi Ratu segera pulih.
Bener banget si Nyan. #benar-benarakhirzaman