Sabtu, 10 Maret 2018

Trio Aji-Aji Bagian 5

sumber gambar : B-one/google
“Lembur lagi ah, lembur lagi, ku tak mau terus begini.” Dendang si Kantil dengan nada salah satu lagu dangdut berjudul mabuk judi.

Hobbba! Tarik Mang.” Sorak si Hitam seperti yang sedang menonton konser dangdut.

“Sejak kedatangan Ki Galung kemarin, kita jadi begadang terus setiap malam, sudah hampir tujuh hari tujuh malam, padahal kata Bang Haji Roma bergadang jangan bergadang… kalau tiada artinya…bergadang boleh saja a a a, kalau ada perlunya.” Rupanya si Nyan juga tak tahan ikut berdendang.

Mereka pun sibuk menggelar konser dangdut bersama mulai dari lagu mabuk judi, bergadang, piano, hingga keramat, lalu terdenngar suara petir yang menggelegar menyambar halaman rumah Nyi Ratu.

“Apaan tuh! “ Seru si Kantil kaget dengan gaya Haji Jaja Miharja.

Ah moal salah deui ieu mah ‘kiriman’ tapi beda kelas dengan yang datang 7 hari belakangan ini.” Terka si Hitam.

“Na’am, ente bener kayaknya ini kelas kakap yang datang, Nyi Ratu bakalan tandingan semalem suntuk kalau begini. Senjata kujang milik Ki Galung memang keramat banyak peminatnya, padahal tahu peminat tinggi begini bisa dilelang lewat on-line shop, kalau cocok baru COD-an, ane mau dah jadi adminnya. Jaman now kan jamannya on-line, kurang inovasi, ckckckck.” Tutur si Nyan.

“Mereka itu senangnya silaturahmi, saling kirim, ketemuan, mereka itu tidak suka yang namanya dunia maya.” Bela si Ntil

“Euleuh-euleuh lucu atuh ari kitu mah, makhluk maya tapi tidak suka dunia maya, mereka lebih real daripada orang dunia maya, betul apa betul?” Kelakar si Hitam

Tawa pun pecah ditengah-tengah mereka yang langsung terhenti begitu Gito masuk dan membawa si 
Kantil keluar, lalu si Hitam, dan Si Nyan bergantian.

Nyi Ratu terlihat sudah berdiri berhadap-hadapan dengan seorang lelaki paruh baya mengenakan jubah berwarna perak dan kuning.

Rambut lelaki itu separuh hitam separuh putih menjuntai hingga ke pinggang. Matanya tajam mengkilat-kilat. Ada luka codetan di atas pelipis wajah membuat tampilannya menyeramkan.

“Wah ini mah bukan ‘kiriman’ yang datang tapi yang ngirim langsung yang datang, betul apa kata kamu Ntil, mereka senang silaturahmi.” Bisik si Hitam pada kepada kedua temannya.

Si Nyan dan si Ntil mengiyakan sambil mengulum senyum, menyaksikan Nyi Ratu dan ‘si pengirim’ saling bincang.

“Lama tak jumpa kita Nyi Ratu.” Suara parau milik lelaki codet itu menyapa.

“Benar Ki Guntur, lama sekali kita tak jumpa, namun ada gerangan apa Ki Guntur bertandang ke gubuk saya ini.” Jawab Nyi Ratu dengan lembut bernada tegas.

“Hahahaha, dirimu masih saja suka berlagak polos, kau seharusnya sudah tahu maksud kedatanganku kemari dari tamu-tamu yang datang lebih dahulu.”

“Aah, jadi seperti itu, maksud Ki Guntur bertamu tengah malam seperti ini hanya untuk mengambil barang yang bukan milikmu?” Jawab Nyi Ratu Sinis.

“Cih jangan sombong kau Nyi Ratu, kita lihat saja yang layak mendapatkannya.”

Ki Guntur mulai mengeluarkan aji-aji kesaktiannya, kilat dan petir menyambar-nyambar. Nyi ratu diserang dengan cepat, hingga terpelanting ke dahan bambu.

Nyi Ratu Bangkit dan balik menyerang dengan selendangnya, saling tangkis dan serang, tendangan dan pukulan saling berbalas. Cepat bahkan sesekali gerakan terbang bermunculan.

Si Nyan, si Hitam, dan si Kantil serasa menonton live drama kolosal, mereka menikmati tontonan itu sambil bertaruh siapa yang akan menang.

Nyi Ratu berhasil menjatuhkan Ki Guntur dengan serangan baliknya yang cukup membuat Ki Guntur murka.

Sepertinya Ki Guntur mulai kehilangan kesabaran, lalu duduk bermantra mengeluarkan aji-aji pamungkasnya. Nyi Ratu yang paham akan aji-aji itu bersiap menangkalnya.

Diambilnya bunga kantil beberapa, lalu disebarnya ke halaman, terbentuklah semacam perisai yang melindungi rumahnya.

Nyi Ratu duduk bersila membaca mantra-mantra untuk melawan ajian pamungkas Ki Guntur.
Langit malam yang gelap dan pekat itu tiba-tiba dipenuhi kilat yang menyambar-nyambar, petir bergelegaran, suaranya mirip letusan gunung. Semua kilat di langit malam itu berkumpul menjadi satu ditelapak tangan Ki Guntur dan diarahkannya ke Nyi Ratu.

Nyi Ratu mengeluarkan sinar merah dari kedua telapak tangannya beradu kuat dengan ajian Ki Guntur.
Disaat kedua tenaganya mulai memuncak, kujang Ki Galung terbang dengan sendirinya ke arah Ki Guntur. Merasa senang Ki Guntur melepaskan tanganya yang sedang beradu kemudian terbang hendak menangkap kujang.

Nyi Ratu yang melihat itu langsung menyalurkan energinya kepada kujang Ki Galung, dalam sekejap kujang itu malah menyerang Ki Guntur dan membuatnya tersungkur ke tanah.

Ki Guntur bangkit dengan tertatih, darah bercucuran dari mulutnya. Matanya mengutuk Nyi Ratu yang berdiri memandanginya.

“Ki Guntur, kujang itu sendiri yang akan memilih pemiliknya, bukan kita yang menentukan.” Tandas Nyi Ratu lalu meninggalkan Ki Guntur sendirian yang terluka parah.

Ki Guntur yang berang namun tak kuasa menahan sakit memutuskan untuk pergi.

“Kita akan bertemu lagi Nyi Ratu, kau akan sampai pada keapesanmu seperti Raden Pasang itu sumpahku!” Teriak Ki Guntur sebelum pergi.

Nyi Ratu tertegun mendengar nama Raden Pasang disebut, baginya nama itu sama seperti kutukan yang tak berkesudahan bagi hidupnya, yang mendatangkan lara nestapa yang membakar jiwa raganya.

“Wah to be continued ieu lalakon.”

“Iya bersambung nih, kasian Nyi Ratu sudah tujuh hari tujuh malam, ini malam kedelapan harus terus melawan para pengincar kujang Ki Galung.” Sedih si Ntil

“Yah, mau bagaimana lagi ini soal amanah guru kepada muridnya, yang harus dijaga.”

“Kamu bener Nyan, ini soal amanah, tapi yang jaga amanah kini makin langka.” Keluh si Ntil lagi.

“Penjaga amanah mah enggak langka Ntil banyak malahan, lihat saja tuh di medsos banyak yang protes karena amanahnya cuma dijagain doang tapi enggak dijalanin, betul apa betul?” Nyinyir si Hitam.

“Bahul!”

Tawa kembali pecah ditengah mereka yang tak pernah bosan menertawakan apa saja yang mereka anggap lucu.

Sementara itu, Nyi Ratu terduduk menahan rasa sakit di dadanya, ia masih memikirkan wejangan Ki Galung sebelum kepergiannya. Dimana ia bisa menemukan jawabannya, waktunya semakin sempit dan musuh-musuh mulai berdatangan.

Sanggupkah ia bertahan?

Bersambung

#tantangancerbung
#onedayonepost
#odopbatch5
#bismillahlulus


2 komentar:

  1. Jadi ikutan nyanyi ey, #bahaya :D
    Trio Aji-Aji emang the best ya, pembicaraan mereka selalu sarat makna.
    Ayo, Nyi Ratu kalahkan semua musuhmu ^_^

    BalasHapus
  2. Hehehe, makasih mba Nia, hr minggu masih berkunjung ke sini,heheheh, semoga Nyi Ratu kuat, hehehehe, dapet salam dr trio aji-aji waduhhh 😂

    BalasHapus