Kamis, 08 Maret 2018

Trio Aji-Aji Bagian 3

sumber gambar:B-one/google
Sur ser sur ser amis cau amis kembang

Jawadah totoleotan

Mesat gobang kabuyutan

Ir ir tai manukan Ir ir tai manukan

Jampe – jampe harupat

Geura gede geura lumpat

Torolong ka kebon jagong terelek ka kebon cengek.

Nyi Ratu teringat dulu sekali ia pernah menyanyikan tembang ini saat melihat sebuah kain samping berwarna biru di lemarinya.

Selaksa kerinduan memenuhi ruang kalbunya, namun harus ditepisnya. Ia pun segera berganti pakaian dan merias diri untuk menjalankan praktiknya.

Meja berlapis kain merah darah sudah ramai dengan sesaji sesuai standar operasional. Segelas belimbing kopi hitam, tembikar kemenyan, segenggam bunga kantil, wadah berisi air, bunga mawar merah dan putih, daun sirih, dan sebulatan kelapa muda.

Sampurasun.” Si Hitam menyapa penghuni meja

Rampes.” Jawab si Nyan dan si Ntil  bersamaan.

“Masih sepi ya? Jam segini belum ada tamu yang datang?” Ujar si Ntil.

“Betul kamu Ntil, aya naon dengan dunya?”

“Dunia makin old meski semua orang bilang jaman now, yang namanya udah udzur jelas enggak baik-baik saja, entah pikun entah kena penyakit tha’un, entah penyakit jaman old lainnya macam LGBT, korupsi, genoside, pelakor, dan jenis penyakit jahilliyah lainnya.” Kelakar  si Nyan yang belum berasap

Ketiganya tertawa mendengar kelakarnya, riuh, hingga Gito membawa masuk tiga orang tamu.

Tah panyakit dunya datang, hihihi.” Si Hitam nyinyir lagi disambut tawa yang terkulum dari dua karibnya.

Ketiga tamu itu duduk berjejer kesamping dimulai dari yang gendut setengah baya, lalu anak muda dua puluhan tahun, dan bocah belasan tahun.

“Tunggu sebentar di sini, Nyi Ratu akan segera datang,” lalu Gito meninggalkan mereka bertiga yang mengangguk bersamaan.

Tak lama setelah Gito keluar, masuklah Nyi Ratu dengan kebaya hitam dan kain senada, kemudian duduk di belakang meja sajen.

“Apa yang jadi keinginan bapak hingga sampai di sini?” Tanyanya kemudian.

“Begini Nyi Ratu, saya dan anak-anak saya punya hajat. Anak pertama saya kepengen jadi PNS, terus anak bungsu saya mau UN, minta bantuan supaya diterima dan lulus. Kalau saya pengen bisa nyaleg lagi dan menang Nyi Ratu” Papar tamu dengan tubuh gemuk separuh baya.

Nyi Ratu kemudian meminum kopi hitamnya dan mulai meracik daun yang dicampur bunga ke dalam wadah berisi air. Api dinyalakan ke tembikar, aroma kemenyan mulai menyebar menusuk ke hidung.

Mulut Nyi Ratu mulai komat-kamit membaca mantera dan memejamkan mata beberapa saat.

Ieu contoh bapak jaman now, nu pedit keked mengkeneng alias pelit minta ampun. Padahal rekeningnya pasti segendut perutnya! Heuheuy deudeuh.” Si Hitam tak tahan untuk nyinyir.

“Jangan su’udzan kamu siapa tahu bukan karna pelit tapi karena gaptek, fasilitas belajar on line kan udah bejibun kayak ikan teri di pasar,dasar bahlul! ” timpal si Nyan

“Yah begtulah jaman now, banyak paradoksnya. Tapi masih ada kok yang enggak pelit dan enggak gaptek.” Kata si Ntil yang masih menari di atas wadah.

“Apaan tuh?” tanya si Hitam dan Nyan bersamaan.

“Mesin ATM, hehehehe.” Jawab Ntil polos

“Heuuh, kirain teh apaan.”

“Hahaha, boleh juga anti Ntil,”

Lalu seperti hari-hari biasanya mereka tertawa terpingkal-pingkal hingga Nyi Ratu membuka mata.

Nyi Ratu sudah selesai membaca mantra, lalu memanggil Gito untuk masuk dan membawa air yang sudah dimantrai.

Sambil menunggu Gito kembali Nyi Ratu memejamkan mata berkonsentrasi meneruskan ritual lainnya. Ketiga tamu itu mendadak merinding ketakutan ketika ruang praktek Nyi Ratu berubah menjadi gelap sesaat lalu terang lagi.

Gito lalu datang dengan membawa 3 botol air yang disimpannya di atas meja. Ketiga botol itu diberikan  Nyi Ratu kepada pasiennya.

“Ini separuhnya diminum lalu separuhnya dibuat mandi, lalu tinggal tunggu saja hasilnya.”

“Baik Nyi Ratu, terimaksih banyak.”

Ketiga bapak beranak itu kemudian pergi setelah berpamitan, tinggalah Nyi Ratu seorang diri di ruangan itu, hingga Gito berteriak dari luar, membuat Nyi Ratu terperanjat dan langsung menuju sumber suara.

“Ada apa Gito?” Ujar Nyi Ratu begitu tiba di depan rumah. Gito yang tampak bingung dan takut hanya bisa menunjuk dengan jarinya.

Mata Nyi Ratu mendadak terbelalak melihat sosok yang ditunjuk oleh Gito.

Bersambung.

#tantangancerbung
#bismillahlulus
#onedayonepost
#odopbatch5.

                                                                                               

5 komentar:

  1. Cerita yang luar biasa. Butuh banyak eksplorasi buat saya. Keren

    BalasHapus
  2. Keren tulisannya.. dr kemarin kalo baca percakapnnya trio aji2 bawaannya ketawa.. tp bener juga yg mereka bilang..
    Next kak..

    BalasHapus
  3. Waduh, siapa tuh?
    Next Bun ^_^
    Mesti belajar bahasa sunda nih ;-)

    BalasHapus
  4. Iya nih lucu ya trio aji2 ini 😅

    Tp, horror juga baca ending episode ini 😆

    Keren bun 👍👍👍

    BalasHapus