sumber gambar:B-one/google
Sur
ser sur ser amis cau amis kembang
Jawadah
totoleotan
Mesat
gobang kabuyutan
Ir
ir tai manukan Ir ir tai manukan
Jampe
– jampe harupat
Geura
gede geura lumpat
Torolong
ka kebon jagong terelek ka kebon cengek.
Nyi Ratu teringat
dulu sekali ia pernah menyanyikan tembang ini saat melihat sebuah kain samping berwarna biru di lemarinya.
Selaksa kerinduan
memenuhi ruang kalbunya, namun harus ditepisnya. Ia pun segera berganti pakaian
dan merias diri untuk menjalankan praktiknya.
Meja berlapis kain
merah darah sudah ramai dengan sesaji sesuai standar operasional. Segelas
belimbing kopi hitam, tembikar kemenyan, segenggam bunga kantil, wadah berisi
air, bunga mawar merah dan putih, daun sirih, dan sebulatan kelapa muda.
“Sampurasun.” Si Hitam menyapa penghuni
meja
“Rampes.” Jawab si Nyan dan si Ntil bersamaan.
“Masih sepi ya?
Jam segini belum ada tamu yang datang?” Ujar si Ntil.
“Betul kamu Ntil, aya naon dengan dunya?”
“Dunia makin old meski semua orang bilang jaman
now, yang namanya udah udzur jelas enggak baik-baik saja, entah
pikun entah kena penyakit tha’un,
entah penyakit jaman old lainnya
macam LGBT, korupsi, genoside, pelakor, dan jenis penyakit jahilliyah lainnya.” Kelakar si Nyan yang belum berasap
Ketiganya tertawa
mendengar kelakarnya, riuh, hingga Gito membawa masuk tiga orang tamu.
“Tah panyakit dunya datang, hihihi.” Si Hitam nyinyir lagi disambut
tawa yang terkulum dari dua karibnya.
Ketiga tamu itu
duduk berjejer kesamping dimulai dari yang gendut setengah baya, lalu anak muda
dua puluhan tahun, dan bocah belasan tahun.
“Tunggu sebentar
di sini, Nyi Ratu akan segera datang,” lalu Gito meninggalkan mereka bertiga
yang mengangguk bersamaan.
Tak lama setelah
Gito keluar, masuklah Nyi Ratu dengan kebaya hitam dan kain senada, kemudian
duduk di belakang meja sajen.
“Apa yang jadi
keinginan bapak hingga sampai di sini?” Tanyanya kemudian.
“Begini Nyi Ratu,
saya dan anak-anak saya punya hajat. Anak
pertama saya kepengen jadi PNS, terus anak bungsu saya mau UN, minta bantuan
supaya diterima dan lulus. Kalau saya pengen bisa nyaleg lagi dan menang Nyi Ratu” Papar tamu dengan tubuh gemuk
separuh baya.
Nyi Ratu kemudian
meminum kopi hitamnya dan mulai meracik daun yang dicampur bunga ke dalam wadah
berisi air. Api dinyalakan ke tembikar, aroma kemenyan mulai menyebar menusuk
ke hidung.
Mulut Nyi Ratu
mulai komat-kamit membaca mantera dan memejamkan mata beberapa saat.
“Ieu contoh bapak jaman now, nu pedit keked mengkeneng alias pelit minta ampun. Padahal rekeningnya
pasti segendut perutnya! Heuheuy deudeuh.”
Si Hitam tak tahan untuk nyinyir.
“Jangan su’udzan
kamu siapa tahu bukan karna pelit tapi karena gaptek, fasilitas belajar on
line kan udah bejibun kayak ikan
teri di pasar,dasar bahlul! ” timpal
si Nyan
“Yah begtulah
jaman now, banyak paradoksnya. Tapi masih ada kok yang enggak pelit dan enggak gaptek.” Kata si Ntil yang masih menari
di atas wadah.
“Apaan tuh?” tanya
si Hitam dan Nyan bersamaan.
“Mesin ATM,
hehehehe.” Jawab Ntil polos
“Heuuh, kirain teh apaan.”
“Hahaha, boleh
juga anti Ntil,”
Lalu seperti
hari-hari biasanya mereka tertawa terpingkal-pingkal hingga Nyi Ratu membuka
mata.
Nyi Ratu sudah
selesai membaca mantra, lalu memanggil Gito untuk masuk dan membawa air yang
sudah dimantrai.
Sambil menunggu
Gito kembali Nyi Ratu memejamkan mata berkonsentrasi meneruskan ritual lainnya.
Ketiga tamu itu mendadak merinding ketakutan ketika ruang praktek Nyi Ratu
berubah menjadi gelap sesaat lalu terang lagi.
Gito lalu datang
dengan membawa 3 botol air yang disimpannya di atas meja. Ketiga botol itu
diberikan Nyi Ratu kepada pasiennya.
“Ini separuhnya
diminum lalu separuhnya dibuat mandi, lalu tinggal tunggu saja hasilnya.”
“Baik Nyi Ratu,
terimaksih banyak.”
Ketiga bapak
beranak itu kemudian pergi setelah berpamitan, tinggalah Nyi Ratu seorang diri
di ruangan itu, hingga Gito berteriak dari luar, membuat Nyi Ratu terperanjat
dan langsung menuju sumber suara.
“Ada apa Gito?”
Ujar Nyi Ratu begitu tiba di depan rumah. Gito yang tampak bingung dan takut
hanya bisa menunjuk dengan jarinya.
Mata Nyi Ratu
mendadak terbelalak melihat sosok yang ditunjuk oleh Gito.
Bersambung.
#tantangancerbung
#bismillahlulus
#onedayonepost
#odopbatch5.
Cerita yang luar biasa. Butuh banyak eksplorasi buat saya. Keren
BalasHapusKeren tulisannya.. dr kemarin kalo baca percakapnnya trio aji2 bawaannya ketawa.. tp bener juga yg mereka bilang..
BalasHapusNext kak..
Waduh, siapa tuh?
BalasHapusNext Bun ^_^
Mesti belajar bahasa sunda nih ;-)
Keren euy 😂
BalasHapusIya nih lucu ya trio aji2 ini 😅
BalasHapusTp, horror juga baca ending episode ini 😆
Keren bun 👍👍👍