sumber gambar: B-one/google.
Nyi Ratu berubah air
mukanya menjadi sangat geram, matanya menyalakan dendam yang membara.
Ketika
menyaksikan siapa yang datang bersama gemuruh menggelegar ke tempat ia duduk
sekarang.
“Kau memang sangat
suka memakan bangkai saudaramu sendiri, tak cukup hanya satu? keserakahanmu itu
memang menjijikan Arya Pasangti!” Sinis Nyi Ratu berucap.
“Hahaha Nyi
Ratu…Nyi Ratu… kamu itu polos betul apa cuma pura-pura polos?” Cela Arya
Pasangti sambil berkacak pinggang di depan Nyi Ratu.
“Ya,kau benar, aku
memang terlalu polos bagi manusia sepertimu, tapi tidak mengapa, lebih baik
perang secara terbuka seperti sekarang.” Nyi Ratu memulai gerakan semedi dan
siap melancarkan ajiannya pada Arya Pasangti.
Tak mau kalah,
Arya Pasangti pun segera duduk semedi dan membaca aji-aji untuk melawan NYi
Ratu.
SInar berwarna
merah keluar dari tangan Nyi Ratu menyerang Arya Pasangti , namun musuh Nyi
Ratu juga kuat dan menahan serangan Nyi Ratu, hingga ajian mereka terpental
satu sama lain.
Nyi Ratu melakukan
ajian melepas raga beitupun Arya Pasangti, arwah mereka lalu berduel dengan
sengit di ruang kasat mata. Hanya raga mereka yang masih tinggal di ruang
praktek Nyi Ratu.
“Semoga Nyi Ratu
menang ya, pengkhianat itu memang keterlaluan.” Kesal si Ntil.
“Benar, ini mah sudah bukan pagar makan tanaman lagi
namanya, ini mah pagar makan pagar.”
Timpal si Hitam.
“Soal makan
memakan memang buat bangsa Arya Pasangti sudah jadi kebiasaan, mulai dari makan
pacar teman sendiri, anak sendiri, istri orang, bahkan sebuah Negara aja
dimakan, korbannya ya anak-anak, kaum wanita, dan lansia, yang belum kelar
sampai detik ini, ckckckck.” Ujar si
Nyan.
Obrolan mereka terhenti ketika Nyi Ratu dan
Arya Pasangti batuk darah dan kembali sadar di ruang praktek.
“Cih, masih
bertahan juga kau Nyi Ratu, di usiamu yang sudah senja ini menyerah sajalah,
agar kau bisa langsung berkumpul dengan Kakang Pasang dan Kinanti di alam baka
sana, hahahahaha”
“Jangan sebut nama
putriku dengan mulut busukmu itu.” Nyi Ratu kesal tak tertahankan dan menyerang
Arya Pasangti dengan selendangnya dan berhasil membuat Arya Pasangti
terpelanting.
“Uhuk!...Tuan…Tuan
tolong hamba Tuan…”Panggil Arya Pasangti dengan darah yang mengucur dari
mulutnya.
Nyi Ratu mulai
waspada melihat Arya Pasangti memanggil tuannya.
“Ah ada satu hal
yang perlu kamu tahu Nyi, yang membuat Kakang Pasang jatuh ke tangan Dewi Panca
adalah aku,aku juga yang menghasutnya supaya Kinanti jadi bagian perjanjian
dengan Ki Ragadigdaya,ha..ha..ha, kakakku yang bodoh itu berhasil kukelabui,
dia tak layak mendapat kesaktian dari Tuan, akulah yang layak…Aku!” Arya
Pasangti mulai meracau dan berteriak.
Mendengar hal itu
Nyi Ratu bak gunung merapi yang akan erupsi dan akan memuntahkan lavanya yang
panas. Ia berdiri hendak menghabisi Arya Pasangti, alih-alih menghabisi Nyi
Ratu menyiramkan darah ular ke tubuh Arya Pasangti.
“Apa yang kau
lakukan NYi, apa ini?!” teriak Arya Pasangti.
Nyi Ratu tersenyum
dan hendak menggambil bunga tujuh rupa akan tetapi gulungan asap tebal
tiba-tiba datang menyelimuti ruang praktek Nyi Ratu.
“Aku datang
menagih janji Nyi.” Sebuah suara yang taka sing bagi Nyi Ratu bahkan suara itu
selama ini menjadi momok yang mengerikan baginya.
“Dimana Kinanti?
Pengantinku Nyi?” tanya Ki Ragadigdaya, iblis yang bersekutu dengan suaminya
dan membuat Nyi Ratu bersekutu dengannya pula.
“Tu..Tuan, tolong
saya Tuan, selamatkan saya dari Nyi Ratu.” Arya Pasangti memegangi kaki Ki
Ragadigdaya dan memohon.
Nyi Ratu
menyaksikannya sambil terus waspada.
“Ah kau Aya
Pasangti, sedang apa kau di sini? dan bau anyir ini! Cuh busuk!”
“Hamba di sini
untuk membantu Tuan membawa Kinanti, Nyi Ratu telah menyembunyikan Kinanti
selama ini Tuan.” Ungkap Arya Pasangti
Nyi Ratu mulai
khawatir, ia menyesal tak segera menghabisi Arya Pasangti yang seorang
penjilat.
“Hmm, apa benar
begitu Nyi Ratu?” selidik Ki Ragadigdaya.
“Aki lebih percaya
padaku atau padanya? Pilihlah terlebih dahulu baru aku akan menjawabnya.”
“Hmmm” Ki
Ragadigadaya mulai memperhatikan NyI Ratu yang berdiri tegap tanpa keraguan dan
Arya Pasangti yang masih bersimpuh di kakinya dengan penuh ketakutan dan
pengharapan.
“Kau.” Ucap KI
Ragadigdaya pada Nyi Ratu.
“Ti…Tidak…tidak
Tuan, kau tidak boleh percaya pada wanita itu, dia mengelabuimu Tuan,
pe…percayalah padaku. “ Ucap Arya Pasangti terbata-bata.
“Hmmm, sampai
kapan kau mau meracau, aku mulai tidak tahan dengan bau busukmu itu, kau tahu
aku sangat tidak suka ular.” Ki Ragadigdaya kemudian menendang Arya Pasangti
hingga berguling dan tak sadarkan diri.
“Nah, dimana
sekarang Kinanti Nyi?” seringai tak sabar tergambar jelas di wajah Ki
Ragadigdaya.
“Dia tidak ada di
sini Ki.” Jawab Nyi Ratu jujur.
“Hmmm, begitu
rupanya, kalau begitu biar kupanggil dia kemari.”
Ki Ragadigdaya
menyemburkan api ke langit-langit dan membubuhkan bunga ke atasnya hingga
hangus terbakar. Kini terlihat dari api yang berkobar-kobar itu Kinanti yang
sedang berjalan bersama Gito. Lalu Kinanti pingsang dan terbang sendirinya,
diikuti Gito yang berlari mengejarnya.
Nyi Ratu spontan
kaget luar biasa, padahal saat bertemu Kinanti ia telah melapisi Kinanti dengan
ajian tamengraga.
“Kau belum cukup
sakti Nyi untuk mengelabuiku, kau akan kubereskan setelah aku menikah dengan
Kinanti.” Semburat marah dan dendam terpancar dari wajah tua itu.
Nyi Ratu saat ini
hanya punya satu pilihan, melawan Ki Ragadigdaya, meskipun kemungkinannya untuk
menang sangat tipis.
NYi Ratu
mengeluarkan bambu kuning yang sudah disiapkannya di bawah meja. Sesaat Ki Ragadigdaya
lengah karena berkonsentrasi melihat Kinanti, bambu itu menusuk perut Ki
Ragadigdaya yang membuatnya meraung dan berubah ke dalam bentuk aslinya.
“Nyi Ratu,
kau….berani benar kau menentangku Hah!” semburan api meluap melahap apapun yang
ada di depannya, Nyi Ratu dengan sigap segera menghindar.
“Besar juga
nyalimu ingin menghabisiku, dengar aku ini tidak bisa dihabisi, hahahaha…”
jumawa makhluk bertanduk tiga tertawa.
Nyi Ratu kembali
dalam posisi terduduk dan semedi, ia melafalkan ajian mantera yang terakhir
diberikan Ki Galung padanya.
Tangan makhluk
bersayap hitam legam dengan semburat urat yang tebal itu mulai mencengkram Nyi
Ratu membuat Nyi Ratu tersengal, sesak, muntah darah akibat tusukan kuku tajam
yang menusuk bagian luar leher Nyi Ratu.
Namun disaat
genting begitu, kujang Ki Galung terbang kearah Nyi Ratu, dan menancap di
tanduk patah bagian tengah makhluk keji itu, membuat Nyi Ratu dibanting ke
tanah.
Makhluk itu
berusaha kuat melepaskan kujang itu, meraung dan meronta, bahkan bersumpah serapah.
“Aaaaaarrrghhhh, Nyi Ratu kau wanita sial….,
kau akan terima balasannya, Kinantimu tak akan pernah bisa bangun lagi, aaaaarrrgggghhhhh!”
Ki Ragadigdaya menghilang
dalam kepulan asap, menyisakan Nyi Ratu yang terluka, Arya Pasangti yang sudah
tak bernyawa, dan rumah Nyi Ratu yang separuh terbakar. Nyi Ratu menatap semua
itu dengan perasaan lega.
“Nyi Ratu…
tolong…Nyi Ratu…” Suara teriakan Gito dari luar membuat Nyi Ratu bangkit
menahan semua sakitnya.
Dilihatnya Kinanti
terbujur di tanah tak sadarkan diri, Nyi Ratu segera menghampiri dan
memeluknya.
Tak lama Gito
memindahkan Kinanti ke rumah belakang tempat dirinya tinggal selama ini,karena
hanya bangunan itu saja yang masih utuh.
Nyi Ratu mencoba
menyembuhkan Kinanti dengan ajiannya namun gagal, Kinanti tak jua bangun.
Sesak
dan sakit dada Nyi Ratu menyaksikan putrinya menderita. Menagislah ia
sejadi-jadinya.
Langit malam itu
sangat kelam dan gelap,bahkan hujan lebat turun mengguyur bumi ditemani
sambaran petir dan gemuruh. Suasana malam seperti ini berlanjut hingga
seminggu, sama seperti kondisi Kinanti yang tak bangun-bangun.
Nyi ratu hanya
bisa membelainya dan memegang erat tangannya. Kemudian ia pergi ke rumah depan
yang sebagian telah hangus dan dirapikan Gito. Ruang prakteknya kini dibangun
ulang oleh Gito menggunakan bamboo, termasuk mejanya. Gito masih saja
menyiapkan sesaji dengan lengkap di sana bahkan dengan kemenyan yang sudah
dibakar.
Nyi Ratu kemudian
masuk ke kamarnya yang kini tak bersekat dengan ruang praktek, ia membuka
lemari bajunya, dan mengambil sebuah bungkusan. Sambil terduduk di atas dipan
jatinya, Nyi Ratu membuka bungkusan itu, sebuah mukena dan sajadah yang telah
lama ia simpan dan tak pernah lagi ia gunakan.
“Apakah ini akan
bisa membangunkanmu Nak?” Nyi Ratu bertanya sendiri. Ia teriangat akan
perkataan Kinanti dulu bahwa doa seorang ibu bisa menyelamatkan atau
mencelakakan anaknya.
Nyi Ratu kemudian
merenungi pesan Ki Galung bahwa ia harus melihat kedalam dirinya dan dia harus
menyadari siapa dia sejatinya. Tak terasa air matanya berlinang ia menyadari
sesuatu di dasar hatinya.
Nyi ratu bangkit
menuju meja sesajinya, duduk semedi, dan pelan-pelan sinar berwarna merah
keluar dari tubuh Nyi Ratu, lalu sinar berwarna hijau, biru, kuning, hitam, dan
terakhir berwarna putih. Nyi Ratu kemudian terbaring lemah dengan keringat
bercucuran, rasa sakit di dadanya semakin menjadi, masih ada sebagian racun
yang bersarang di tubuhnya. Kini semua kesaktiannya telah hilang.
Tapi tekad Nyi
Ratu sudah kuat, ia bangkit menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya dari
ujung kepala hingga ujung rambut. Setelah selesai terdengar lamat-lamat suara
adzan, sepertinya berasal dari gubuk di tengah hutan yang dijadikan surau oleh
anak pesantren tempat Kinanti menimba ilmu.
Nyi Ratu pun
mengambil wudlu sambil bercucuran air mata, wudlu pertama setelah sekian lama
ditinggalkannya. Hamparan sajadah kini dihadapannya, mukena berwarna putih yang
lama tersimpan dikenakannya.
“Allah hu Akbar.”
Nyi Ratu memulai shalat ashar, shalat pertama setelah lama tak dikerjakannya. Air
matanya tak berhenti mengalir sepanjang shalatnya bahkan hingga salam.
Diketengadahkannya
kedua tangan dan berdoa ditemani derasnya air mata.
“Ya Allah yang
Maha Welas Maha Asih, Maha Pengampun dan Maha Pemberi Pertolongan. Ampuni dosa
hamba yang telah banyak ingkar dan lupa kepadaMu,bahkan mempersekutukanMu,
melakukan banyak dosa besar, ampuni hamba ya Allah. Sungguh hamba telah
melepaskan diri dari segala kesesatan dan memohon petunjuk dan memohon
pertolongan. Sesungguhnya Engkau adalah tempat kembali yang hakiki dari semua
makhluk di bumi ini, Engkau pula pemilik hidup dan mati semua makhluk di bumi
ini, maka selamatkanlah Kinanti ya
Allah, putrid hamba yang baik yang taat kepadamu, selamatkan ia dari kedzaliman
iblis terkutuk yang sejatinya adalah makhluk yang lemah bagiMu. Kembalikan Kinanti
ya Allah, slamatkanlah ia dan bahagiakan hidupnya, amin.”
Nyi Ratu tergugu,
menangis di atas sajadah, hingga dadanya terasa nyeri dan batuk darah. Ia lemas
dan tak sadarkan diri.
“Nyi Ratu sudah
menemukan jawaban tentang siapa aku dari KI Galung.” Heboh si Ntil menyaksikan
Nyi Ratu shalat dan berdoa.
“Benar, saya
sampai speacless euy.” Timpal si Hitam
“Tenang, ane juga udah dapet laporan dari anak
buah tentang siapa kita dari mbah google.”
“Jadi siapa kita?”
tanya si Ntil dan si HItam berbarengan.
“Ayo ikut sama ane kita tinggalin tempat ini.”
Ketiga sekawan itu melepaskan aroma mereka dari bentuk fisik mereka, api kemenyan telah padam dan sirna asapnya, kembang kantil berubah menjadi layu, dan si hitam kini tinggal ampas saja.
Kinanti mulai membuka
matanya dan hanya ada Gito yang dilihatnya, ia menanyakan dimana ibunya. Segera
Gito mengantar Kinanti ke rumah depan.
“Nyi Ratu!” teriak
Gito melihat Nyi ratu tergolek di atas sajadah.
“Ibu…Bu, bangun
Bu, ini Kinanti pulang Bu.” Suara Kinanti mulai serak dan air mata mulai
menetes di pipinya.
Namun Nyi Ratu
tetap tak sadarkan diri, dan tak bergeming. Nyi Ratu telah kembali pada Sang
Pemilik hakiki.
“Innalillahi wa
inna illaihi roji’uun.” Kinanti pun memeluk jasad ibunya pertama dan terakhir kali.
Hari jumat selepas
waktu ashar Nyi Ratu berkalang tanah dengan doa dari putrinya dan orang-orang
shaleh disekelilingnya.
‘UmatKu
(umat Muhammad) ibarat air hujan, tidak diketahui mana yang lebih baik awalnya
atau akhirnya. (HR. Mashobih Assunnah)’
TAMAT
#TANTANGANCERBUNG
#ONEDAYONEPOST
#ODOPBATCH5
#FINISH
#BISMILLAH
LULUS.
T_T
BalasHapusSurga untukmu Ibu.
Keren banget bunda...
amin
BalasHapusalhamdulillah
terimakasih mba Nia sudah mampir ^_^