Jumat, 02 Maret 2018

Pria di Kedai Teh Part 17


Pintu kamar Moli porak poranda, entah beruang madu atau beruang kutub yang mendobraknya. Janik dan Moli yang hendak meloncat ke halaman kalah cepat, secepat kilat tangan mereka dikekang pria-pria berotot besar.

Tangan-tangan kekar memegangi Janik dan Moli lalu menyeret mereka ke lantai bawah.

Moli sedikit meringis kesakitan, sedang Janik terlihat pasrah saja berjalan. Setibanya di ruang tamu, dilihatnya ada 6 orang pria yang menunggu, total tamu tak diundang berjumlah sepuluh terhitung yang menyeret Janik dan Moli.

“Ah sudah dapat, kalau begitu kita bawa mereka sekarang.” Ujar salah satu dari mereka.

Seperti tim sepakbola yang kompak mereka mengangguk bersamaan. Janik yang menunggu kesempatan, member isyarat pada Moli agar bersiap. Moli yang masih ketakutan hanya bisa mengangguk pelan.

Saat Janik dan Moli hendak sudah di luar rumah, Janik mulai merubuhkan si pria besar yang memeganginya membuat yang lain terkesiap.

Tanpa menunggu aba-aba, Janik mulai menyerang si pria yang memegangi Moli. Jeritan Moli membuat si pria pekak telinga, dan itu dimanfaatkan benar oleh Janik, satu kuncian membuatnya rubuh, dan Moli terlepas menjauh.

Tak percuma Janik berlatih jiujitsu dengan tekun, kini ia bisa merasakan faedahnya selain di kejuaraan.

Pria-pria lainnya mulai mengatur strategi penyerangan, Janik mulai memasang kuda-kuda sambil melihat sekeliling, mengapa tetangga rumah Moli tak ada yang keluar.

Oh ya ampun ini malam minggu, komplek rumah Moli sudah pasti sepi kalau malam minggu, penghuninya sudah berhamburan sejak sore hari, sial!. Pekik Janik dalam hati.

“Pak satpam tolong!” Teriakan Moli mengalihkan perhatian mereka dan berpaling ke arah barat jalan.
Janik dengan cepat mengapit tangan Moli dan berlari ke arah selatan jalan. Mereka berlari sekuat tenaga yang dipunya, sambil sesekali menengok ke belakang.

Pria-pria berotot itu rupanya berotak juga, mereka memilih mengejar Janik dan Moli  dengan mobil.

Cih!pengecut! Umpat Janik dengan napas tersengal, dilihatnya Moli dengan kondisi yang sama.

"Nik, kita lewat jalan tikus saja, biar mereka enggak bisa ngejar.” Moli menunjukan sebuah jalan sempit di barat.

Dua mobil yang mengejar mereka makin dekat, namun harus terhenti karena jalan tikus yang dimasuki Janik dan Moli.

Di jalan sempit itu, Janik melihat sebuah jendela rumah yang terbuka, sepertinya pemilik rumah lupa menutupnya.

Janik segera menarik lengan Moli masuk ke rumah tak berpagar itu, memanjat jendela kemudian menutupnya. Mereka bersembuyi dan mulai mengatur napasnya yang menderu.

Diintipnya sesekali jalanan di depan rumah itu, nampak pria-pria bertubuh besar itu melewati rumah persembunyian mereka.

Degup jantung masih hingar, keringat bercucuran hingga ke punggung. Janik dan Moli berharap pria-pria kekar itu segera menyerah mencari mereka.

Hingga lama sudah mereka berdua menanti pria-pria itu meninggalkan jalanan sempit tempat rumah persembunyian mereka,yang terdengar hanya suara detakan jarum jam dinding. Suasana telah sepi Janik dan Moli mulai merasa lega.

Mereka saling menatap di bawah cahaya temaram, melempar senyum getir dalam ketegaran. Terduduk di bawah jendela, kaki mereka yang awalnya didekap terjulur ke depan karena pegal.

Masih saling terdiam dan memijat kaki masing-masing. Mencoba menenangkan diri menggapai semua ketenangan yang bisa diraih.

“Mol, maaf ya kamu jadi ketakutan kayak gini.” Ucap Janik pelan.

Moli menatap sahabatnya itu, lalu memegang tangannya.

“Aku memang takut Nik, tapi aku lebih takut membiarkanmu dalam bahaya sendirian,kamu tahu? Kamu enggak pernah meninggalkan aku sendirian, bahkan waktu aku masih asing bagi kamu.” Jawab Moli mengharukan.

“Apaan sih Mol, kamu masih ingat saja peristiwa itu, terharu aku dibilang begitu.” Ujar Janik malu.

Alam pikiran mereka melayang ke enam tahun yang lalu. Sebuah truk besar melaju kencang dari arah selatan jalan, sedang seorang  gadis terjatuh di jalan dari sepedanya. Kesakitan tertindih sepeda.
Laju truk itu semkain kencang mendekati si anak gadis, semua orang terperangah dan mulai berteriak. Awas!...

Bersambung.

#onedayonepoost
#odopbatch5



3 komentar:

  1. Hmmm... bakalan ada flashback yang gak kalah seru nih sepertinya.
    Lanjut bun, makin tegang, makin penasaran.

    BalasHapus
  2. Baca ceritanya sampe ngerasa ngos-ngosan juga.. 😂

    BalasHapus
  3. hehehe, makasih banyak udah mampir yaaa

    BalasHapus