Pintu kamar Moli porak poranda, entah beruang madu atau
beruang kutub yang mendobraknya. Janik dan Moli yang hendak meloncat ke halaman
kalah cepat, secepat kilat tangan mereka dikekang pria-pria berotot besar.
Tangan-tangan kekar memegangi Janik dan Moli lalu menyeret
mereka ke lantai bawah.
Moli sedikit meringis kesakitan, sedang Janik terlihat pasrah
saja berjalan. Setibanya di ruang tamu, dilihatnya ada 6 orang pria yang
menunggu, total tamu tak diundang berjumlah sepuluh terhitung yang menyeret
Janik dan Moli.
“Ah sudah dapat, kalau begitu kita bawa mereka sekarang.”
Ujar salah satu dari mereka.
Seperti tim sepakbola yang kompak mereka mengangguk
bersamaan. Janik yang menunggu kesempatan, member isyarat pada Moli agar
bersiap. Moli yang masih ketakutan hanya bisa mengangguk pelan.
Saat Janik dan Moli hendak sudah di luar rumah, Janik mulai
merubuhkan si pria besar yang memeganginya membuat yang lain terkesiap.
Tanpa menunggu aba-aba, Janik mulai menyerang si pria yang
memegangi Moli. Jeritan Moli membuat si pria pekak telinga, dan itu
dimanfaatkan benar oleh Janik, satu kuncian membuatnya rubuh, dan Moli terlepas
menjauh.
Tak percuma Janik berlatih jiujitsu dengan tekun, kini ia
bisa merasakan faedahnya selain di kejuaraan.
Pria-pria lainnya mulai mengatur strategi penyerangan, Janik
mulai memasang kuda-kuda sambil melihat sekeliling, mengapa tetangga rumah Moli
tak ada yang keluar.
Oh ya ampun ini malam
minggu, komplek rumah Moli sudah pasti sepi kalau malam minggu, penghuninya
sudah berhamburan sejak sore hari, sial!. Pekik Janik dalam hati.
“Pak satpam tolong!” Teriakan Moli mengalihkan perhatian
mereka dan berpaling ke arah barat jalan.
Janik dengan cepat mengapit tangan Moli dan berlari ke arah
selatan jalan. Mereka berlari sekuat tenaga yang dipunya, sambil sesekali
menengok ke belakang.
Pria-pria berotot itu rupanya berotak juga, mereka memilih
mengejar Janik dan Moli dengan mobil.
Cih!pengecut! Umpat Janik dengan napas tersengal, dilihatnya
Moli dengan kondisi yang sama.
"Nik, kita lewat jalan tikus saja, biar mereka enggak bisa ngejar.” Moli menunjukan sebuah jalan
sempit di barat.
Dua mobil yang mengejar mereka makin dekat, namun harus
terhenti karena jalan tikus yang dimasuki Janik dan Moli.
Di jalan sempit itu, Janik melihat sebuah jendela rumah yang
terbuka, sepertinya pemilik rumah lupa menutupnya.
Janik segera menarik lengan Moli masuk ke rumah tak berpagar
itu, memanjat jendela kemudian menutupnya. Mereka bersembuyi dan mulai mengatur
napasnya yang menderu.
Diintipnya sesekali jalanan di depan rumah itu, nampak
pria-pria bertubuh besar itu melewati rumah persembunyian mereka.
Degup jantung masih hingar, keringat bercucuran hingga ke
punggung. Janik dan Moli berharap pria-pria kekar itu segera menyerah mencari
mereka.
Hingga lama sudah mereka berdua menanti pria-pria itu meninggalkan
jalanan sempit tempat rumah persembunyian mereka,yang terdengar hanya suara
detakan jarum jam dinding. Suasana telah sepi Janik dan Moli mulai merasa lega.
Mereka saling menatap di bawah cahaya temaram, melempar
senyum getir dalam ketegaran. Terduduk di bawah jendela, kaki mereka yang
awalnya didekap terjulur ke depan karena pegal.
Masih saling terdiam dan memijat kaki masing-masing. Mencoba menenangkan
diri menggapai semua ketenangan yang bisa diraih.
“Mol, maaf ya kamu jadi ketakutan kayak gini.” Ucap Janik
pelan.
Moli menatap sahabatnya itu, lalu memegang tangannya.
“Aku memang takut Nik, tapi aku lebih takut membiarkanmu
dalam bahaya sendirian,kamu tahu? Kamu enggak pernah meninggalkan aku
sendirian, bahkan waktu aku masih asing bagi kamu.” Jawab Moli mengharukan.
“Apaan sih Mol, kamu masih ingat saja peristiwa itu, terharu
aku dibilang begitu.” Ujar Janik malu.
Alam pikiran mereka melayang ke enam tahun yang lalu. Sebuah truk
besar melaju kencang dari arah selatan jalan, sedang seorang gadis terjatuh di jalan dari sepedanya. Kesakitan
tertindih sepeda.
Laju truk itu semkain kencang mendekati si anak gadis, semua
orang terperangah dan mulai berteriak. Awas!...
Bersambung.
#onedayonepoost
#odopbatch5
Hmmm... bakalan ada flashback yang gak kalah seru nih sepertinya.
BalasHapusLanjut bun, makin tegang, makin penasaran.
Baca ceritanya sampe ngerasa ngos-ngosan juga.. 😂
BalasHapushehehe, makasih banyak udah mampir yaaa
BalasHapus