Apa kurobek saja surat ini? Ujar janik dalam hati sambil memegang surat yang kemungkinan besar dari Alan. Bagaimana jika suratnya mengandung racun dan tak tahu apa yang akan terjadi padanya? Janik tak mau tertipu kedua kali.
Dibolak-baliknya surat itu untuk melihat apakah ada yang
mencurigakan atau tidak. Janik masih berpikir bagaimana ia bisa pingsan,
padahal tak satu pun makanan atau minuman yang masuk ke tubuhnya. Apa gerangan
yang membuatnya pingsan.
Ah entahlah… apa yang telah
membuatku kehilangan kesadaran, surat ini kubuka atau tidak ya? Timbangnya dalam hati.
Akhirnya Janik menghitung jumlah cicak di dinding kamar “Buka..robek…buka…robek…bu…ka..”
Wajah Janik sedikit ragu, dan merutuki cicak yang berjumlah 5, tapi
ia hanya punya dua pilihan merobeknya atau membukanya. Dua-duanya beresiko.
Setelah memantapkan hati, dibukanya surat dengan amplop
berwarna merah itu. Amplopnya hanya dilem,dan Janik merobek ujungnya. Dalam amplop
itu terdapat surat yang dilipat sederhana hingga mudah dibuka, lalu Janik pun
membacanya.
Dear : Manjanik
Maafkan atas tindakan
pengecutku mengirimkanmu pulang tanpa
sepengetahuanmu. Itu kuanggap tindakan terbaik yang bisa kulakukan saat ini.
Samantha pasti sangat
berarti buatmu dan masih buatku. Maka aku akan berusaha menemukannya lebih dulu.
Kamu boleh percaya atau tidak padaku, tapi ikuti saja kehendak hatimu.
Jika Samantha
memberitahumu soal lelucon arsenik, maka pilihanmu jatuh pada Rapier, pria yang
menusukku tempo hari, kau boleh menghindari pria dengan empat pisaunya itu,
satu diantaranya mengandung arsenic,atau
kau buat pilihan lain padanya. Semua tergantung keputusanmu. Dia adalah
penggemar kopi hitam dan bara api, hahahahaha.
Buku catatan itu kini
telah memasuki masa perburuan sesuai dengan ramalan yang mulanya tak kupercaya.
Berdasarkan ramalan buku catatan itu berjumlah 4.
Awalnya aku berpikir,bagaimana
bisa kupercaya jika ramalan itu datang dari kelompok penggila bunga dan
tumbuhan. Tapi sepertinya mereka telah menjelma menjadi penyihir daripada peri
dan membuat ramalan itu menjadi nyata.Hahahahaha, kamu tahu aku suka tertawa
Maaf karena aku
terlambat mempercayai ramalan itu hingga meyusahkanmu. Misteri tentang buku
catatan itu harus kamu pecahkan sendiri. Kamu pemberani Manjanik, dan itu telah
kusaksikan sendiri.
Hanya satu saran
dariku, ingatlah bunga-bunga yang kamu lihat di lorong rahasia dan pastikan menjebak
musuhmu di keramaian. Mereka sangat banyak, hahahahahaha
Salam hangat
Alan.
Janik bersandar lemas ke dinding dekat tempat tidur, rasa
lelah menderanya. Kepalanya pusing memikirkan apa yang harus dilakukannya. Matanya
pun terpejam beberapa saat mencoba mencerna isi surat Alan.
Begitu matanya terbuka, kepala Janik terkantuk ke tembok,
terkejut melihat wajah Moli di hadapan wajahnya.
“Aduh!” Janik mengusap kepalanya.
“Nik, kapan kita pulang?” Tanya Moli polos
“Entah, aku pun tak tahu” masih mengusap kepalanya
“Moli lapar, mau masak nasi goreng, turun yuk!” Ajak Moli dijawab anggukan cepat
Janik dan mereka segera berhamburan menuju dapur.
Moli memang pandai memasak, nasi goreng ayam campur udang
tersaji hangat di meja tak berapa lama.
Janik yang memang sangat kelaparan tak membiarkan nasi goreng
itu berlama-lama di piring. Hanya butuh waktu sebentar saja sepiring nasi goreng
dan segelas air putih tandas dilahapnya. Ia butuh tenaga banyak untuk menguras
otak malam ini memecahkan teka-teki.
Setelah perut kenyang, Janik membersihkan diri dengan mandi
air hangat agar otot badannya tidak tegang.
Bersih dan kenyang membuat Janik bersiap mengurai satu per
satu misteri yang menutut jawab di kepalanya.
Buku catatan milik Alan, ia letakan di atas meja, warna
sampulnya sama, gambar bunga pun terukir di sana.
Ketika Janik hendak mebuka bukunya, terdengar bunyi gaduh
dari lantai bawah. Janik langsung
waspada dengan memasukan buku catatan Alan ke
dalam tas.
Moli yang baru saja keluar dari kamar mandi dibekamnya agar
tak bersuara. Mereka bercakap lewat mata bahwa harus waspada.
Janik pun mematikan lampu dan mengunci kamar mereka, kemudian
berjalan cepat ke arah jendela. Dilihatnya dua mobil hitam terparkir di depan
rumah.
Janik dan Moli takut, bingung dan tegang tak karuan, namun
adrenalin memaksa mereka berpikir cepat.
Lompat!
Isyarat Janik pada Moli yang menatap ngeri ke bawah, membayangkan kakinya akan patah.
Isyarat Janik pada Moli yang menatap ngeri ke bawah, membayangkan kakinya akan patah.
Namun ketukan keras di pintu kamar memburu mereka hingga…
Brak!!! Sebuah suara memecah hening dalam gelap gulita.
Bersambung
#onedayonepost
#odopbatch5
Makin tegaaang...
BalasHapusBerasa nonton film aksi >.<
BalasHapusKeren keren.
BalasHapusIsh, kerennnn ihhhhh 😂
BalasHapusterimakasih kawan-kawan sudah berkunjung, love u all ^_^
BalasHapusKetinggalan dua episode.. manjat dulu deh..
BalasHapus