Seperti biasa, hari ini kamu menari-nari dipikiranku. Kamu begitu
bersinar di mataku. Kamu membuat hati ini jumpalitan tak karuan.
Kamu ya kamu…
Awan sudah satu bulan ini terus dihantui seorang gadis. Dia
sendiri tak mengerti betul apa alasannya. Suka? Cinta? Kagum ?
Gadis dari bagian marketing itu membuat Awan pusing karena bayangannya tak bisa enyah dari pikiran. Hatinya selalu menuntut untuk melihatnya.
Semua ini berawal dari pindahnya divisi marketing dari kantor satelit ke kantor induk tempat Awan bekerja. Padahal keputusan pindahnya divisi marketing adalah saran darinya. Ah Awan sedikit menyesali keputusannnya.
Awan belum bertemu dengan gadis itu hari ini, dan dirinya sudah mulai gundah karena itu. Otaknya berputar mencari alasan untuk menemuinya.
Aha! Ini kan jam makan siang biasanya dia ada di kantin pojok, Awan segera saja menuju kantin pojok.
Suasana kantin penuh dengan para karyawan, mata Awan kini bak elang yang mencari ayam untuk dimangsa.
Diamatinya satu per satu booth kantin mencari sosok yang ingin ditemui. Tapi nihil hari ini gadis itu tak didapatinya.
“ Bang, kamu lihat Nusa kah?” tanya Awan pada Bangbung yang baru saja melintas.
“ Nusa divisi marketing Mas? “ Bangbung balas bertanya.
Awan pun menggangguk cepat.
“ Oh kalau Nusa hari ini tidak masuk Mas, kata Mbak Anggi, Nusa sakit dan dirawat di Happy Land Hospital “ jelas Bangbung.
Awan tersentak mendengarnya, ia pun langsung pergi ke ruangananya tanpa pamit pada Bangbung. Heran Bangbung melihat Awan yang tergesa, padahal Awan biasanya selalu tenang menghadapi situasi apapun.
Mungkin ada perlu genting pikir Bangbung.
Awan segera meminta nomor ruangan tempat Nusa dirawat pada Anggi koordinator tim marketing.
Pikiran Awan mulai meracau mengkhawatirkan kondisi Nusa. Sakit apa? Parahkah? Adakah yang menemaninya? Pikiran –pikiran lainnya mulai berhamburan menuntut jawab.
Laju mobil pun dengan cepat dipacunya. Tak sampai 15 menit Awan sudah tiba di rumah sakit.
Tergesa Awan memasuki rumah sakit dan segera ke bagian informasi bertanya dimana letak kamar melati 203.
Tombol bernomor 4 ditekan Awan di dalam lift, begitu pintu lift terbuka Awan berjalan ke arah kanan. Bangsal Melati pun dijumpainya, Awan melewati dua kamar saja untuk sampai di kamar tempat Nusa dirawat.
Ada keraguan yang tiba-tiba merasuki Awan ketika hendak membuka pintu. Apa yang akan dikatakannya pada Nusa saat dia masuk?
Tentu saja menengok, bodoh! Awan merutuki dirinya dalam hati.
Diketuknya pintu sebelum ia masuk, sambil berdebar menanti ijin masuk.
“ Siapa? “ sebuah suara yang sangat Awan kenali.
“ Saya Awan “
“ Oh Mas Awan silahkan masuk”
Awan pun membuka pintu dan masuk.
Terlihat olehnya selang infus menancap di tangan Nusa. Wajah gadis itu terlihat pucat terbingkai kerudung putih. Awan melangkah dan berhenti tepat disamping tempat tidur Nusa.
Mereka mmbisu sesaat, Nusa tertunduk mengalihkan pandangan. Sementara Awan tanpa sadar terus melihat ke arah Nusa.
“ Ada tamu rupanya “ sebuah suara rendah dan berat memecahkan kesunyian di antara mereka.
“ Ini Mas Awan, Pak. Atasan Nusa di kantor “ jelas Nusa pada bapaknya yang baru keluar dari kamar mandi.
Awan langsung bersalaman menyapa bapak Nusa.
“ Saya Awan Pak “ ujar Awan memperkenalkan diri
“ Zaid ” balas bapak Nusa
“ Wah, atasanmu ini perhatian sekali ya, langsung datang menjenguk, seorang diri lagi “ ujar Pak Zaid.
Nusa terperangah, baru sadar jika hingga detik ini tak ada
lagi teman kantornya yang masuk setelah Awan.
Merasa tepat sasaran, Awan malah terlihat malu dan kikuk.
“ Ah, maaf saya hanya sendirian hari ini, rencananya teman-teman yang lain akan menjenguk nanti sore” alasan Awan
“ Oh, iya Mas tidak apa-apa” jawab Nusa.
Pak Zaid pun tersenyum lalu duduk di kursi.
“ Tidak mengapa sendiri, lagipula bila seorang atasan sampai menyempatkan diri menengok bawahannya berarti kamu bawahan yang istimewa, bukan begitu Nak Awan? “ seloroh Pak Zaid.
“ Bapak, bukan seperti itu “ sanggah Nusa agak panik bercampur malu.
Pak Zaid kembali tersenyum melihat putrinya panik dan sedikit marah.
“ Tidak, Bapak benar, Nusa memang bawahan yang istimewa “ jawab Awan tanpa ragu seolah menjawab semua kegundahannya selama satu bulan ini.
Nusa terkejut mendengarnya, bagaimana bisa dia jadi bawahan istimewa dalam jangka 1 bulan? Apa prestasinya di kantor induk? Nusa sendiri bertanya-tanya.
“ Hahahaha “ tawa Pak Zaid pun pecah, membuat Nusa kesal bercampur malu dan bingung.
“ Bapak suka atasanmu ini, jujur dan tegas, dapat satu point ” ujar Pak Zaid membuat hati Awan mengawang - awang ke angkasa. Senyuman yang lebar pun terukir di wajahnya.
Nusa masih bingung dan hanya tertunduk.
“ Nak Awan, Nusa ini gadis yang unik, terlampau unik sampai sekarang masih jomblo “
Pak Zaid memulai kembali percakapan. Nusa mulai melirik bapaknya berharap dirinya tak di-iklankan.
Pak Zaid hanya tesenyum jahil pada Nusa, membuat Nusa
menyerah. Awan hanya mangguk-mangguk dan tersenyum.
“ Nak Awan juga jomblo?” tanya Pak Zaid kemudian.
“ Sepertinya saya sama uniknya dengan Nusa, jadi masih jomblo “ jawab Awan. Nusa hanya bisa terdiam dan menundukan pandangannya mendengarkan percakapan dua lelaki itu.
“ Wah cocok kalau begitu, kenapa tidak mengakhiri kejombloan bersama, hahaha “ tawa Pak Zaid kembali pecah. Ada perasaan bahagia di hati Awan, rasanya seperti dapat promosi kenaikan jabatan.
Wajah Nusa langsung memerah, kini ekspresi kesal, marah, malu bercampur menjadi satu.
“ Maaf Mas Awan, Bapak memang suka bercanda “ terang Nusa agar Awan tidak tersinggung.
“ Saya malah kecewa kalau bapak hanya bercanda “ jawab Awan tegas.
Nusa serasa mendapat serangan jantung mendengar jawaban Awan. Ia terperangah dan menatap Awan.
Namun bukannya menghindar, Awan malah membalas tatapan Nusa
dengan mimik wajah yang serius.
“ Nah, bagus kalau begitu, bapak suka laki-laki yang jelas dan fokus pada tujuannya “ puji pak Zaid. Awan pun kembali tersenyum
Nusa langsung menundukan pandangannya sambil meraba ke dalam pikirannya.
Sejak kapan mas Awan melihatnya lebih dari bawahannya? Tanya Nusa dalam hati.
Awan termasuk ke dalam jajaran atasan dengan pengagum rahasia
terbanyak. Selain fisik yang menawan, kecerdasan, ketenangan, kecepatan dan
ketepatan mengambil keputusan membuatnya
dikagumi banyak bawahannya.
Nusa sering mendengar jika wanita idaman Awan itu wanita yang cerdas dan berkelas. Cantik sudah barang tentu, Irene bagian design contohnya yang tak lain mantan kekasih Awan. Perawakannya bak super model, cerdas, berkelas,dan rupawan.
Nusa menilik dirinya sendiri, hanya seorang gadis sederhana, bahkan seluruh tubuhnya tertutup kecuali muka dan telapak tangan. Dirinya tak merasa cantik, hanya bapaknya saja yang selalu berkata bahwa dirinya secantik bidadari surga
Tingginya pun tak seberapa meski tak juga bisa dikatakan pendek. Prestasi kerjanya pun masih biasa saja, hanya pernah memenangkan tender besar beberapa itu pun tidak sering.
Alasan apa yang membuat Awan jatuh hati padanya? Nusa masih
bingung,
“ Jika bapak mengijinkan, saya ingin melamar Nusa “ ungkap Awan tiba-tiba.
Rasanya Nusa ingin pingsan mendengarnya,mengapa pembicaraan serius seperti ini terjadi dikala dirinya sakit karena kelelahan dan di rumah sakit.
“ Hmm, baik kalau begitu, niat mas Awan serius dan baik, saya senang mendengarnya. Kami akan menunggu kedatangan Nak Awan sekeluarga di rumah sekembalinya Nusa dari rumah sakit “ jawab Pak Zaid mantap
“ Tapi Pak…” sergah Nusa
“ Ada apa? Apa kamu punya calon lain ?” tanya Pak Zaid, Awan pun menunggu jawaban Nusa
Nusa menggelengkan kepalanya, senyuman Awan langsung merekah bagai mendapat piala kemenangan.
“ Ya sudah berarti tak ada masalah, kamu mau cari yang bagaimana lagi, lelaki yang baik itu kalau suka sama perempuan ya datang melamar pada bapak anak perempuan itu “ tandas Pak Zaid.
Lagi-lagi Nusa hanya bisa pasrah dan tertunduk.
“ Apa kamu tidak suka pada saya?” tanya Awan tiba-tiba
Nusa yang ditanya tiba-tiba seperti itu tak bisa menjawab, bagaimana dia tidak suka pada orang seperti Awan. Selama satu bulan ini mereka selalu jadi imam dan makmum di mushala kantor saat waktu shalat.
Bacaan suratnya tartil dan merdu setiap magrib dan isya, bahkan pernah sekali waktu Nusa mendengar Awan membaca Al Quran di mushala. Nusa tak pernah menyangka atasannya yang terlihat sangat modern bisa melantunkan ayat Al Quran dengan begitu merdunya.
“ Nak Awan jika seorang perempuan ditanya dan diam jawabannya, maka itu berarti dia suka “ tutur pak Zaid.
Tak kuasa menahan malu, Nusa menarik lutut dan tertunduk bersembunyi di balik lututnya
Pak Zaid dan Awan tersenyum simpul melihat tingkah Nusa yang malu.
Sebulan berlalu Awan dan Nusa kini sudah resmi menikah. Sebuah kegegeran di kantor pun terjadi. Tapi mereka tetap tenang dan bahagia, bahkan mengobrol di taman kantor di waktu istirahat.
“ Mas, sebenarnya ada yang masih ganjal di hatiku “ ujar Nusa membuka percakapan.
“ Apa itu? Ayo katakan saja, kalau dipendam nanti jadi jerawat” canda Awan
“ Apa sih yang membuat Mas suka dan mau menikahiku?” tanya Nusa serius
Sejenak Awan berpikir kemudian ditatap istrinya lekat-lekat
“ Mas tak punya alasan, hanya mencintaimu itu saja, memang penting ya alasan itu?” Awan malah balik bertanya. Nusa terdiam mendengar pertanyaan Awan.
" Bagi Mas mencintai seseorang itu tak perlu ada alasannya, karena kalau ada alasannya ketika alasan itu hilang maka rasa cinta itu akan hilang juga, jadi ya hanya mencintaimu saja, kalau mau bilang itu sebuah alasan "
Nusa terdiam dan malu.
" Kamu tak perlu risau, Mas meminangmu bukan hanya mengandalkan perasaan Mas semata, Mas tetap memohon petunjuk dari Allah tentang perasaan Mas ini, dan Allah sudah menjawabnya." papar Awan membuat Nusa berbunga,
" Mas hanya punya harapan rumah tangga yang kita bangun bersama adalah dalam rangka meraih ridha Allah, Mas ingin mewujudkan harapan itu dengan kamu Nusa " ungkap Awan.
Nusa langsung mengangguk mantap.
#onedayonepost
#odopbacth5
Bundaaa ... Seperti biasa cerpen-cerpennya selalu TOP. Mesti belajar dari master kece ini ;)
BalasHapusUdah siap nih bunda buat kumcer dan cerbungnya bisa jadi novel tuh.
Oh iya, boleh 'Awan'nya satu buat saya :D #dikeplakbundadeh #maaf
alhamdulillah kalo nia suka,hehehe,
Hapusbelom master saya mah apa atuh masih receh
kumcer ya hehehehe,semoga hihihi ngarep hehe
awan saya masih kecil baru 3 tahun hihihihi