Diana terlihat cantik dan lugu mengenakan baju pengantin
kakak perempuannya. Meskipun dengan tambahan kerudung yang menjuntai menutupi
hampir setengah gaunnya. Perasaannya tak karuan, cemas, gugup, dan takut
bercampur menjadi satu. Ini mimpi indah ataukah mimpi buruk?
Diana duduk terpekur di dalam kamar seorang diri, hatinya
masih penuh tanya kenapa ia harus mengalami ini? Mengapa kakak perempuannya
harus kabur di hari pernikahannya? Mengapa pula dirinya yang harus menggantikan
kakak perempuannya menikah?
Lamunan Diana terbuyarkan ketika ibunya masuk ke dalam kamar.
Masih terlihat sembab di wajah ibunya, riasannya sedikit berantakan karena air
mata. Pilu hati Diana melihatnya.
“ Kamu sudah siap Nak?” tanya ibunya lirih, Diana hanya
mengangguk pelan. Dipaksakannya senyum terukir di wajah.
Ibunya membelai wajah dan punggung Diana, lalu dipeluk anak
gadis bungsunya itu, tangis haru pun membuncah tak kuasa lagi dibendung. Diana
hanya bisa menahan tangis sambil memeluk ibunya.
“ Maafkan ibu ya Di, ibu yang salah menjodohkan kakakmu Riana
padahal dia tak menyukainya, dan kini kamu yang harus menanggungnya” ucap
ibunya penuh sesal.
Diana tak bisa berkata-kata, hanya tersenyum dan memeluk
ibunya. Mereka kembali berpelukan.
Namun kesedihan mereka harus terpenggal, ketika tante Diana masuk.
“ Ijabnya sudah selesai Mbak, Diana diminta untuk keluar “ ujar
tantenya.
Diana dan ibunya merapikan penampilan mereka, tatapan getir
terpancar dari mata mereka, tante Diana pun tak mampu mencegah air mata yang
menetes dipipinya. Langkah berat ketiga perempuan itu mengantarkan mereka ke pelaminan.
Disana sudah duduk Bara sang mempelai pria yang kini sudah
menjadi suami Diana. Usia mereka terpaut
18 tahun, maklum Diana adalah gadis muda yang baru saja merayakan
kelulusan SMU nya sebulan yang lalu.
Diana duduk berdampingan dengan Bara di meja pelaminan. Menandatangani
sejumlah dokumen dan surat nikah. Tangan Diana terlihat gemetar, namun tetap
dituntaskannya semua dokumen itu.
Setelah itu acara sungkeman dimulai, Diana banjir air mata
pun kedua orang tua dan kerabatnya. Acara sungkeman selesai dilanjutkan
makan-makan sebelum mereka dipajang di panggung pelaminan. Diana dan Bara tak
saling bicara sedikit pun, mereka hanya mengikuti aturan main saja. Kaku,
kikuk, dan tak nyaman bercampur jadi satu.
Sepanajang acara pernikahan hanya beberapa orang saja yang
Diana kenal, karena kebanyakan yang datang adalah kerabat, sahabat, dan rekan bisnis dari Bara dan Reina
sang pengantin wanita yang melarikan diri.
Diana merasa bagaikan menequin
yang dipajang di mall-mall yang jadi
pusat pandangan pengunjung.
Hampir 4 jam Diana berdiri dan menyalami tamu
undangan dan akhirnya selesai juga.
Diana kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian. Akhirnya dirinya
bisa bernafas setelah lama sesak walau hanya sekejap. Dilihatnya 2 koper sudah
tersaji di dekat tempat tidur. Ah ya dirinya harus meningalkan rumah malam ini.
Diana menjadi takut membayangkan apa yang akan dialaminya begitu keluar dari rumah.
Lagi-lagi Diana hanya bisa pasrah, kini dia sudah jadi istri
seseorang. Diana segera mengganti pakaiannya. Sebelum pergi dilihatnya
sekeliling kamar. ia pasti akan sangat merindukan kamar ini. Lagi –lagi langkah
berat menyeretnya pergi meninggalkan kamarnya dan turun ke depan rumah.
Disana semua keluarga sudah berkumpul menantinya. Begitu Diana
bergabung dengan mereka pelukan dan tangis membanjirinya. Ibunya sudah tak bisa
berkata apa-apa selain berharap Diana bahagia dan sehat selalu.
Mobil pengantin berwarna hitam sudah ada di depan mata. Bara
yang juga sudah berpamitan langsung masuk dan duduk dibelakang kemudi. Tak lama
Diana pun turut masuk duduk disamping Bara.
Mesin pun mulai dihidupkan, lamat-lamat lambaian tangan
seluruh anggota keluarga Diana sudah tak terlihat. Tinggalah Bara dan Diana berdua
di dalam mobil, hening dan sepi. Diana tak tahu kemana ia akan di bawa. Irama
jantungnya terus saja berdegup kencang. bersambung...
#onedayonepost
#odopbatch5
sumber gambar google.
sumber gambar google.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar