Sabtu, 10 Februari 2018

Bara Diana Part 2



Diana terbangun setelah mobil berhenti di sebuah rumah. Bara segera turun dan mengeluarkan barang dari bagasi. Diana yang masih setengah ngantuk segera turun menyusul Bara.

Setelah semua barang dikeluarkan, Bara memijit bel rumah itu. Tak lama keluar dua orang laki-laki dan perempuan. Keduanya membantu mereka mengangkat koper milik Diana.

Bara masuk pertama, disusul dua orang yang membawa koper, sedang Diana masih tertegun di depan pintu. Mencoba meraih kesadarannya, dan menepis ngantuk yang terasa.

Bara yang sudah berjalan hampir ke tengah rumah, meminta dua orang yang membawa koper itu untuk mengantarkan koper itu ke kamar atas. Dua orang itu pun langsung bergegas menuruti permintaan Bara.

Tersadar Diana tak mengikutinya, Bara kembali ke depan pintu. Benar saja Diana masih berdiri kaku di sana.

“ Masuklah ini sudah larut, berlama-lama di luar bisa masuk angin “ ujar Bara meminta Diana untuk masuk.

Masih tersirat keraguan di wajah Diana yang lelah. Rumah ini asing bagi Diana, dan diirnya merasa takut.

“ Dengar, aku tidak akan memakan kamu hidup-hidup, jadi masuklah “ wajah Bara yang lelah membuat Diana menyerah dan mengekor Bara dari belakang.

Sebuah kamar yang luas dengan tempat tidur besar menjadi tempat Diana beristirahat malam ini. Dia sendiri di kamar itu karena Bara memilih kamar lain.

Lega luar biasa dirasakan Diana. Segera ia mengunci pintunya, lalu pergi menyeret kakinya ke kamar mandi untuk bersih=bersih sekedarnya. Tak lama dibenamkannya wajah di bantal dan tertidur pulas.

Pagi menjelang, selepas shalat subuh Diana sudah berdiri di dapur. Melihat-lihat sekiranya ada makanan yang bisa ia olah. Perutnya sudah terasa lapar sepagi ini.

Diana tertolong dengan hadirnya wanita yang semalam membawakan kopernya.

“ Wah, Mba sepagi ini sudah bangun, ada yang bisa saya bantu ?” tanya wanita itu ramah sambil meletakan belanjaannya di meja.

Diana tersenyum dan mendekati belanjaan yang di bawa wanita itu.

“ Oh Mba mau memasak? Biar Bi Niur saja yang masak, Mba kan pasti masih capek, bilang saja Mba ingin makan apa nanti Niur masakan “ pinta wanita bernama Niur itu

“ Tidak apa-apa Bi Niur, saya suka memasak, kita masak bersama saja “ jawab Diana

“ Wah, Mas Bara beruntung sekali punya istri seperti Mba…” perkataan Bi Niur menggantung

“ Diana”  pungkas Diana

“ Mba Diana, sudah cantik, suka memasak lagi “ puji Niur

“ Biasa saja Bi Niur, saya hanya suka makan jadi saya suka masak untuk saya makan sendiri “ tutur Diana sambil tersenyum.

Diana dan Bi Niur mulai membedah belanjaan dan mulai memasak. Menu pagi ini adalah ayam goreng bumbu lengkuas, sop tahus pedas, cak kangkung, sambal tomat, dan bacem tempe.

“ Wah Mba Diana benar-benar pintar masak ya, Mas Bara pasti senang Mba “

Diana hanya tersenyum dan meneruskan menata meja dengan piring, gelas, dan tentu saja hidangannya.

“ Mba Diana, Mas Bara itu sangat suka dengan masakan rumah, jadi hampir jarang melewatkan makan di rumah “

Diana cukup kaget mendengarnya, karena sepengetahuannya Bara adalah pengusaha sukses dan mapan, masih suka masakan rumah? Wah langka, pikir Diana.

“ Tapi belum tentu rasanya seenak masakannya Bi Niur, Pak Bara pasti lebih suka masakannya Bi Niur” ungkap Diana

Bi Niur tertawa geli mendengarnya, “ Mba ini lucu, Mana mungkin lebih enak masakan saya, bumbunya saja tak sekomplit yang Mba pakai kalau saya masak, saya malah harus belajar lagi “

“ Hmm, tapi bagaimana kalau Pak Bara tidak suka masakan saya ?” Diana mulai khawatir.

“ Wah, kalau itu kita tunggu nanti saja setelah Mas Bara pulang dari olahraga “ jawab Bi Niur

Eh, Pak Bara sudah pergi olahraga? Lewat mana? Diana tak melihatnya sepanjang pagi ini sejak keluar dari kamarnya.

“ Mba, kok panggil Mas Bara dengan Pak? Manten baru biasanya panggil sayang begitu” goda Bi Niur.

Diana tersenyum bingung, bagaimana menjelaskannya kalau dirinya mendadak menjadi istri Bara, karena calon istrinya Bara melarikan diri.

Melihat Diana yang bingung, Bi Niur jadi tak enak hati lalu mengalihkan pertanyaan.

“ Mba, Mas Bara itu suka minum kopi kalau pagi-pagi, coba saja Mba buatkan kopi sekalian “

“ Ah iya “ jawab Diana dan bergegas kembali ke dapur membuatkan Bara kopi.

Diana membawa secangkir kopi ke meja makan, dan betapa terkejutnya Diana, Bara sudah duduk di salah satu kursi makan.

Gugup Diana menyimpan kopi itu di depan Bara lalu duduk di kursi yang lain. Diana mencari sosok Bi Niur yang entah menghilang kemana. Apakah hanya akan sarapan berdua saja? Pikirnya.

Bara tampak tenang menyeruput kopinya, lalu mulai membalik piring yang tertelungkup hendak makan. Diana langsung bangkit dan mengambil piring dari tangan Bara, kemudian menuangkan nasi ke dalamnya. Bara agak kaget namun akhirnya tersenyum simpul.

Diana menanti Bara memberitahunya lauk yang ingn dimakan Bara. Seolah mengerti  Bara pun langsung berucap, “ Ayam, tempe, sambal, kangkung, sop tahunya dipisah ya “

Diana dengan cekatan memenuhi keinginan Bara lalu menyerahkan kembali piring yang sudah terisi nasi dan lauk beserta manggkuk sup.

Sejak usia 9 tahun Diana memang sudah diajar ibunya, bagaimana seorang wanita bersikap di meja makan, bahkan kebiasaan ibu yang selalu melayani bapaknya ketika makan menempel dalam ingatan Diana.

Setelahnya Diana mengambil nasi dan lauk untuk dirinya sendiri lalu duduk, ketika hendak berdoa, “ Mari kita berdoa dulu “ ajak Bara lalu memimpin doa makan, Diana pun mengamini.

Diana melihat Bara makan dengan lahap seperti orang yang tak makan berhari-hari. Ada rasa senang menyusup di hatinya,
 
Masakan hari ini disukai Bara. Paling tidak Bara menghabiskan makanannya, bahkan tambah porsi.

Bi Niur tiba-tiba datang membawa koran ke ruang makan.

“ Bi, resep baru ya, enak banget masakan bibi hari ini, terus kayak gini ya Bi “ ujar Bara.

Diana hampir tersedak minuman mendengar itu, Bi Niur tersenyum geli.

“ Hari ini saya hanya asisten koki Mas, semua masakan ini Mba Diana yang masak, bumbunya juga resep Mba Diana, termasuk kopi yang Mas minum “ ungkap Bi Niur.

Bara langsung menatap Diana, yang ditatapnya malah menundukan pandangan dan beringsut ke dapur melarikan diri.

Bara dan Bi Niur tersenyum geli melihat cara Diana mengatasi rasa malunya.

Diana, kenapa harus kabur sih? Hanya karena pujiannya saja? Ingat baru semalam kamu ketakutan masuk rumah ini ! Ingat dia itu dulunya calon kakak iparmu, kamu itu hanya infal!  Rutuk Diana dalam hati.

Pagi-pagi yang menyenangkan bisa memasak tapi juga membuat Diana tersipu malu karena sebuah pujian.
Diana kembali ke kamarnya dan duduk di sofa. Di dekat sofa ada sebuah laci, seperti tempat menyimpan buku atau majalah jika di rumahnya.

Diana membuka laci itu, benar saja isinya buku dan majalah.  Dipilihnya sebuah buku cerita . dibukanya halaman pertama buku cerita itu. Diana hampir tak mempercayai apa yang dilihatnya.

Dalam buku itu tertulis nama yang dibubuhi tanda tangan miliknya. Diana baru ingat buku cerita miliknya yang hilang ketika kelas tiga SMP. Tapi bagaimana buku ini bisa ada di sini? Di rumah Bara?. Tanya pun menyelimuti hati Diana.
Bersambung…

#onedayonepost
#ODOPbatch5



Tidak ada komentar:

Posting Komentar