Janik,
sapaan akrab Manjanik, masih menatap ibunya tapi pikirannya menari-nari di alam
lain. Sang ibu yang sudah selesai memberi bill
dan kembalian menghampiri Janik.
Dikibaskan
tangannya ke wajah Janik, tapi Janik masih tak bergeming. Baru setelah pundak
Janik diguncang ia tersadar.
“ Ah iya
Bu?” tanya Janik spontan.
“ Kamu ini
kenapa melamun?” ibunya merasa heran.
“ Ah tidak
apa-apa Bu, hanya iri saja sama ibu “ seloroh Janik.
“ Iri? Apa
yang buat kamu iri sama Ibu?” tanya ibu Janik heran sambil melingkarkan
tangannya ke pundak Janik.
“ Hmmm, Ibu
cantik dan matang, mempesona, dan luar biasa “ jujur Janik sambil tersenyum
“ Kamu ini
kenapa Janik? Tumben memuji Ibu,
kenapa kamu ingin sesuatu?” selidik ibunya
“ Hehehe “
Janik pun tersenyum lebar.
“ Ya sudah nanti
kita bicarakan ya, kamu gantikan Ibu
sebentar, Ibu mau ke belakang “.
Janik hanya
mengangguk dan membiarkan Ibunya berlalu.
Janik
berganti tempat duduk di belakang meja kasir. Tatapannya diarahkan ke meja no
13. Meja dan pengunjung no 13 terlihat sangat jelas dari sana.
Namun sayang
bukan si pria tampan sejagat raya yang duduk di sana. Kini duduk seorang pria
yang sedikit lebih tua darisi pria tampan. Penampilannya sederhana dan tampak
formal saja. Hanya warna rambutnya yang kemerah-merahan yang tampak berbeda.
Sepertinya
dia seorang ekspatriat. Bila dilihatt lebih teliti, pria itu sebenarnya juga
tampan hanya saja lebih teduh, mungkin lebih tepatnya lebih berwibawa seperti
seorang ayah yang kuat dan bijaksana.
Janik
tersenyum sendiri memperhatikan pria meja no 13 itu. Mengapa dirinya selalu
tertarik memperhatikan pengunjung meja no 13?
Janik juga heran, sudah ada dua pria matang-tidak yang ini masak benar-
yang menarik perhatiannya.
Tiba-tiba
pria masak itu berdiri dan menghampiri meja kasir. Janik setengah kaget dan
gelagapan. Namun dia dengan cepat menguasai dirinya lagi, dan menghitung
pesanannya.
“ 35000
rupiah “ ujar Janik.
Si pria
masak itu mengeluarkan uang limapuluh ribuan. Janik menerimanya dan segera
memberikan Bill dan uang kembalian.
“ Terimakasih,
silahkan berkunjung lagi “ ucap Janik seraya melempar senyuman.
Si pria
masak itu pun hanya mengangguk dan membalas senyuman Janik, lalu pergi keluar.
Wah matanya coklat terang,keren. Puji Janik dalam hati.
Saat sadar Janik melihat buku pria masak itu tertinggal. Janik
dengan sigap mengambil bukunya dan berlari menyusul sang pemilik.
“ Tunggu Pak! Buku Anda tertinggal “ teriak Janik.
Si pria masak yang dipanggil pak itu berhenti dan menengok kea
rah Janik.
“ Ah terimakasih Nak “ jawab si pria masak itu sambil
tersenyum lalu pergi masuk kedalam mobilnya yang berwarna silver.
Ah seperti dejavu ucap Janik dalam hati.
Sudah dua orang penghuni meja no 13 yang tertinggal bukunya
dan Janik yang mengembalikannya.
“ Hmmm, dejavu dejavu dejavu “ ujar janik lalu kembali ke dalam kedai.
Bersambung.
#onedayonepost
#odopbatch5
Wah, keren... Sudah bisa buat cerbung...
BalasHapusSemangat, salam dari venus :)
Terimakasih mba enika hyuya sdh berkunjung😁
BalasHapus