Selasa, 20 Februari 2018

Pria di Kedai Teh Part 9


Tatapan Mata coklat terang nyaris emas milik si Pria berjas hitam itu membuat Janik terkesiap. mengahadirkan tanya yang menuntut jawab.

Apa dia si Rusa? Janik bertanya sendiri dalam hati.

Pria bermata nyaris emas itu kemudian duduk di salah satu kursi dan menatap mereka semua. Tatapannnya sangat tajam, seperti seekor predator yang memilih mangsanya dengan jeli.

Setelah menatap semua karyawan yang duduk berderet di lantai, ia pun mulai tersenyum.

"Baiklah sesuai janjiku hanya satu pertanyaan, dan kalian tidak bisa menjawabnya, aku bisa apa? Tapi karena aku pria yang menepati janji, maka cukup untuk malam ini"  Pria itu bangkit dan kembali mengenakan kacamata birunya lalu pergi meninggalkan kedai disusul kawanannya yang berjumlah sepuluh orang.

Moli langsung terduduk lemas, ia mulai melirik karyawan yang lain yang sama berwajah pucat pasi.
Tak ada satu pun dari mereka yang bangkit dari duduknya, kecuali Janik.

Moli mencari keberadaan Janik yang sedari tadi di sampingnya kini hilang. Kemana perginya Janik?

Pintu belakang kedai di buka Janik dengan segera, napasnya mulai tersengal antara lelah berlari dan penasaran, Namun pria bermata nyaris emas itu sudah hilang bersama kepulan asap mobil yang meguap.

Janik menghentak tanah karena kesal, ah sial terlambat! gerutunya dalam hati, lalu dengan gontai masuk kembali ke kedai.

Semua orang telah menantinya di sana, mengingat malam semakin larut. Janik pun segera menghampiri mereka.

"Mungkin sebaiknya kita libur dulu saja beberapa hari, kejadian tadi sepertinya harus jadi alarm untuk kita" putus Janik.

"Aku pikir juga begitu, aku melihat mereka menyembunyikan senjata di balik jasnya" ungkap Han.

Semua karyawan terdiam dan tenggelam dalam perasaan masing-masing.

"Tidak apa-apa, sepertinya kedai memang sedang berurusan dengan orang atau bahkan kelompok yang tidak bisa kita hadapi layaknya menghadapi maling sandal jepit" Janik berusaha menghibur karyawan yang lain.

"Kamu benar, ini semua masih misteri, kita sendiri belum tahu apa alasan mereka datang, kecuali kata laplander"  tambah Moli.

Semuanya mengangguk tanda setuju lalu membubarkan diri pulang ke rumah masing-masing.

Namun Janik menahan Lia dan Han sejenak, Moli yang tak mau pulang sendiri turut menemani.

"Lia, aku minta tolong boleh?" tanya Janik, Lia pun mengangguk.

"Bisa tidak kamu gambarkan dengan detail si pria tambun yang bukunya tertinggal waktu itu?" pinta Janik.

Sementara Han sudah siap dengan kertas dan pensil hendak menyeketsa wajah si pria tambun.

"Umh, wajahnya bulat, hidungnya mancung, matanya kecil dan sipit, kulit wajahnya sih putih, alisnya pendek, bibirnya sepertinya tidak terlalu tebal atau tipis. Apalagi ya? hmm, ah! ada luka goresan di dahi sebelah kanannya, kepalanya botak, usianya mungkin sekitar 30 tahun lebih, dan berkacamata, hanya itu saja yang kuingat" papar Lia.

Han sudah selesai menyeketsa wajah si pria tambun sesuai ingatan Lia. Kini Janik dapat sedikit gambaran mengenai pria ini.

Bagaimanapun, pria ini harus ditemukannya termasuk si pria tampan sejagat dan si pria masak. Janik menduga kuat bahwa kejadian di rumah dan di kedai memang ada hubungannya dengan buku catatan itu, kata laplander muncul dari mulut si pria bermata nyaris emas itu.

"Janik, ayo pulang, Moli ngantuk ini" keluh Moli. Janik pun bangkit dan mengangguk.

Mereka berempat akhirnya meninggalkan kedai bersama-sama.

Kali ini Janik pulang ke rumah Moli, karena Moli khawatir jika Janik harus pulang ke rumahnya sementara ibunya masih sulit dihubungi.

Rumah Moli sama sepinya seperti rumah Janik karena ibu dan ayahnya menjaga Kak Lulu di rumah sakit.

Janik masih berusaha membenamkan matanya, sedang Moli sudah terlelap lebih dulu. Janik masih memikirkan isi cerita di buku itu dan ingin segera menuntaskan rasa penasarannya, ia harus segera menemukan petunjuk lain

Akhirnya Janik memilih bangun dan mengambil tas yan berisi buku catatan itu. Diambilnya buku catatan yang ia temukan di lemari ibunya,

Meskipun cover bukunya sama, namun ada dua gambar bunga di sana. Lembar pertama ia buka dengan perasaan berdebar-debar penuh pengharapan.

Namun kali ini harapannya berbuah pahit, semua isi buku catatan itu kosong. Janik makin bingung dan penasaran, mengapa ibunya menyimpan buku catatan kosong seperti menyimpan benda berharga?

Ini gila! seru Janik dalam hati.

"Nik, kamu kok pakai wangi-wangian sih malam-malam begini?" ujar Moli dengan mata terutup.

Janik kaget sekaligus tersenyum melihat Moli yang melantur sambil tertidur.

Moli kamu ini bikin kaget saja, tapi buku catatan kosong ini lebih membuat kaget, kemana aku harus mencari jawaban? gumam Janik.

Bersambung.

#onedayonepost
#odopbatch5









Tidak ada komentar:

Posting Komentar