Senin, 19 Februari 2018

Pria di Kedai Teh Part 8





Kedai tetap buka! Itulah hasil rembukan Janik dan semua karyawan kedai yang berjumlah 12 orang, termasuk Han, Moli, dan Lia.

Alasannya adalah untuk mengetahui alasan perusakan kedai dan siapa pelakunya maka kedai harus tetap buka. Jika memang kedai sudah jadi target operasi seseorang maka mereka akan kembali membuat teror .

Memang resikonya besar tapi para karyawan kedai dengan berani menyepakati itu. Bagi mereka kedai bukan hanya tempat mencari nafkah tetapi rumah kedua mereka.

Alhasil sekalipun bagian depan kedai porak poranda, kedai tetap buka menjelang sore. Bagian kedai yang hancur ditata ulang. Bagian yang hancur disulap menjadi bagian design kedai yang bergaya retro.

Malam  mulai merangkak naik, pengunjung yang datang lebih banyak yang take away, kedai hampir tutup tapi para karyawan masih menanti hingga jam tutup. Termasuk Janik.

Janik meminum teh serai gula batu kesukaannya di dapur, sambil memikirkan cerita dan gambar di buku catatan itu. Rusa, tanduk, mata, hutan, bunga sihir? Apakah gerangan? Pikiran janik dipenuhi kata-kata itu.

Serainya ia gunakan untuk mengocek tehnya, lama ia mengocek, hingga Moli mengagetkannya.

“Woii, bengong aja?”  Janik nyaris jatuh dari kursinya mendengar teriakan Moli.

“Ya ampun Janik, kamu masih syok kah? Moli kan khawatir?”

“Hehe, mungkin, tapi ah sudahlah” Janik masih enggan berbagi.

“Iiih dasar Janik senangnya main rahasia.” Moli cemberut lalu menyeruput teh Janik.

Janik tersenyum melihatnya, ia masih belum bisa berbagi apa yang di bacanya dengan Moli meski ia telah berteman dengan Moli lebih dari 5 tahun bahkan sebelum kedai ini dibuka. Tapi Janik lebih suka menyimpan agak lama keresahannya sendiri, sampai ia yakin untuk berbagi.

Mereka masih terdiam lama hanya sesekali menyeruput teh bergantian. Seolah mereka mengerti kini yang dibutuhkan hanya teman dalam sunyi.

Tapi sunyi harus segera pergi ketika Lia berlari dari arah pintu masuk dapur, menyeret mereka berdua ke depan kedai. Janik dan Moli terseret, terkantuk-kantuk kakinya terkena meja, pintu dan kursi. Otak dan hati mereka bingung dan kaget.

Kedai rupanya kedatangan tamu istimewa di jam kedai yang hampir tutup, semua pria berjas hitam telah memenuhi kedai. Janik dan Moli yang baru hadir di sana langsung mematung dan saling berpegangan tangan. Semua karyawan sudah terduduk di lantai kecuali mereka bertiga.

“Ah masih ada yang tersisa rupanya” ujar salah satu pria berjas hitam lengkap dengan kacamata birunya.

Siapa dia? Desis Janik dalam hati.

“Duduk!” perintah pria itu dengan nada tinggi.

Lia dan Moli yang sudah sangat ketakutan langsung  menuruti perintahnya, tinggal Janik yang masih berdiri. Entah mengapa adrenalinnya malah membuatnya tak mau menuruti perintah.

“Ah, ada kepala batu dan telinganya tersumbat rupanya” ucap si pria berjas hitam itu

Tangan Janik ditarik Moli untuk ikut duduk, jika saja tidak Janik akan terus berdiri menyaksikan apa adegan berikutnya.

Otak Janik yang terus menuntut jawab membuat rasa takutnya enyah, rasa penasaran justru membuatnya diluar normal.

“Oke, kalian sudah semestinya bingung dan takut dengan perkenalan mendadak ini, but, itu normal” ujar lelaki berjas hitam dan berkacamata itu. Aksen bahasanya aneh.

Kepala Janik masih berputar-putar, dirinya merasa seperti jadi ekstras di sebuah sinetron yang tiba-tiba masuk dalam sebuah adegan tanpa tahu skenarionya apa.

Well…Well…well, hanya sartu pertanyaan saja, setelah ini kalian akan kembali seperti biasanya”

Janik mulai merasa penasaran apa yang akan ditanyakan pria berjas hitam dengan kacamata birunya.

“Ah, tapi sebelum itu ada yang perlu kalian tahu bahwa aku orang yang menepati janji dan tak pernah main belakang seperti pemain lain yang datang sebelumnya ke sini” paparnya

Tunggu dulu apa ini maksudnya yang buat kedai jadi hancur pagi ini? Jadi ada berapa pemain yang terlibat dalam sinetron ini? Otak Janik kembali bertanya

“Baiklah pertanyaannya sederhana siapa diantara kalian yang tahu tentang Laplander?”

Laplander? tunggu apa yang dimaksud dengan laplander di buku catatan itu, jadi apa benar semua kejadian dadakan dan tak masuk akal ini ada kaitannya dengan buku catatan itu? otak Janik kembali menari.

Ia segera berpikir keras apa yang harus ia lakukan dan lagipula apa ada hubungannya semua ini dengan hidupnya?

" Apa itu Laplander Om?" tanya Moli takut-takut.

Janik hampir bersorak gembira melihat  kekritisan Moli yang masih jalan meskipun ia sendiri ketakutan.

Si Pria berjashitam itu tersenyum dan mengangkat kacamata, terlihat matanya coklat terang dan nyaris emas.

Mata Janik terbelalak melihatnya.... 

Apa dia....? tanya kembali bergantung di hatinya.

bersambung 

#onedayonepost
#odopbatch5


2 komentar:

  1. Huaaaa baru baca satu part, udah keren. Wajib baca dari part 1 ini mah. Keberkahan blogwalking nih. Salam kenal ya.

    BalasHapus
  2. terimaksih mba sudah berkunjung salam kenal juga ^_^

    BalasHapus