Minggu, 18 Februari 2018

Pria di Kedai Teh Part 7



Kedai sudah mulai rapi, Lia yang baru datang kaget melihat kondisi kedai. Janik, Moli, dan Han duduk di meja no 10 tepat menghadap bagian  kedai yang hancur. Lia pun segera bergabung dengan mereka.

“Kedainya kok begini?” tanya Lia

Han menarik napas dan mulai menceritakan kembali kronologi kejadiannya. Lia tertegun dan geleng-geleng kepala.

“Ini aneh enggak sih? Selama ini kedai aman-aman saja kenapa sekarang kayak diteror begini? Bu Bos sudah dikabari?” ujar Lia

“Iya ini memang aneh, janggal mengapa semua terjadi dengan mendadak atau kedai memang sudah jadi target tapi kita tak menyadarinya”  jawab Janik

“Ibu juga tidak bisa dihubungi” tambahnya.

“Selain itu tak ada satu pun benda berharga di kedai yang hilang” Han ikut berkomentar.

Sedangkan Moli hanya manggut-manggut saja tanda berpikir yang sama.

Mereka berempat menarik napas panjang.

“Lalu bagaimana sekarang, karyawan yang lain belum tahu kondisi kedai?” tanya Han.

“Ah kamu benar, hampir tak terpikir olehku, bagaimana kalau kita tunggu sampai mereka datang dan berembuk bersama” usul Janik, ketiga temannya mengangguk tanda setuju.

“Omong-omong kita belum sarapan, perut Moli mulai lapar nih” rajuk Moli

Han pun tersenyum “Ayo kita ke dapur” ajaknya.

Moli langsung tersenyum dan mengekor Han di belakang disusul Lia.

Tinggalah Janik seorang diri, yang masih berkutat dengan pikirannya. Dia teringat pada buku catatan itu lalu berpindah tempat duduk ke meja no 13 tempat kesukaan pria-pria pemiik buku catatan itu.

Salah satunya milik si pria tambun yang belum bertemu dengannya. Janik sedikit bingung buku catatan mana yang akan terlebih dahulu ia buka dan baca. Milik si pria tambun atau buku yang tersembunyi di lemari ibu?.

Namun akhirnya ia buka salah satu dari buku itu. Cover buku bewarna burgundy nyaris gelap itu bergambar bunga. Halaman pertama buku itu hanya tertulis angka 4. Halaman kedua kosong, ketiga kosong, keempat terdapat sepasang rusa lengkap dengan tanduknya.

Halaman demi halaman kosong lagi hingga halaman dua puluh ada gambar boneka salju. Setelah itu kosong lagi, hingga halaman ke 34 baru ada tulisan di sana. Janik mulai membacanya dengan perlahan.

Sepasang rusa berbahagia menyusuri hutan cemara, pinus, dan birch. Mereka senang berpetualang bersama apalagi ketika cuaca membeku. 

Hingga suatu saat si rusa kehilangan tanduknya, namun rusa yang satu menjaganya hingga miliknya hilang juga.

Mereka berharap agar tanduknya tak pernah hilang, karena tanduknya seperti mahkota bagi mereka penguasa belantara cemara, pinus, dan birch.

Harapan mereka berubah menjadi mimpi besar yang tak berhenti dikejarnya walau mata telah berubah dari biru menuju emas begitu pun sebaliknya. Tak pernah lelah mengejar impian.

Hingga mereka mendengar dongeng yang dihembuskan angin dingin tentang bunga sihir di sebuah hutan terang dan daunnya berguguran nun jauh di sana.

Impian harus dikejar dan diwujudkan begitulah sepasang rusa itu berpikiran, meski harus menerjang badai dan panas.

Proses tak pernah berkhianat kepada mimpi, terkadang yang menjalani proseslah yang membelokan mimpi.

Bagi si rusa tanduk yang abadi bukanlah mimpinya lagi setelah menemukan bunga sihir. Ia menemukan mimpi yang lebih besar hingga bertarung beradu tanduk dengan kawannya.

Kawannya mengalah dan pergi, si rusa sendirian dengan mimpi barunya, terlena dan terbuai hingga ia lupa bunga itu tak berguna tanpa dua tanduk yang semula ada, dia lupa ada mantra yang harus dibaca. Mantra itu terbagi dua, kini ia mengejar kawannya. Namun tak ditemukannya, terlambat.

Si rusa menyesali perbuatannya, namun warna matanya masih biru dan emas. Jika kau melihatnya larilah jika kau mampu atau carilah Laplander.

Selesai membaca Janik membuka dua halaman terakhir dan kosong. Janik tak mengerti dengan cerita yang ditulis di buku itu. Ceritanya seperti dongeng pengantar tidur. Apa maksud dari cerita ini?

Apa hubungannya cerita ini dengan kejadian yang menimpa rumah dan kedainya? Pikiran Janik mulai berpikir dengan keras.

Tapi rasa lapar membuatnya memutuskan untuk beristirahat makan ketika dilihatnya Moli, Han, dan Lia keluar dari dapur dan membawa makanan ke meja no 10.

Semoga setelah makan ia bisa berpikir lagi dan memecahkan keruwetan pikirannya.

Bersambung.

#onepostoneday
#odopbatch5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar