Sabtu, 17 Februari 2018

Pria di Kedai Teh Part 6



Manjanik masih bertanya-tanya, apakah rumahnya diobrak-abrik seperti ini karena buku catatan yang disimpan ibunya?.

Sungguh mengherankan, kalau memang iya, seharusnya sudah sejak lama rumahnya jadi incaran. Tapi kenapa baru sekarang?

Jangan-jangan…. Sebelum Janik menuntaskan pemikirannya, suara Moli memecah konsentrasinya. “ Janik makan dulu”.

Perut yang keroncongan membuatnya turun menemui Moli.

Ruang tamu sudah rapi, Moli yang merapikannya. Mereka berdua lalu duduk di sofa dan mulai membuka makanannya. Ayam penyet Lamongan dan es teh menu mereka malam ini.

“Janik, apa enggak sebaiknya kita lapor polisi?” ujar Moli

“Iya kamu benar, aku memang sudah memikirkannya, sehabis makan kita buat laporan ke kantor polisi”

Makan malam mereka tuntaskan dengan cepat.

Kantor polisi terdekat mereka datangi, setelah membuat laporan beberapa polisi ikut bersama mereka ke rumah. Setelah urusan dengan polisi selesai, Janik dan Moli beristirahat di kamar. Dua polisi menemani mereka berjaga di depan rumah.

Pikiran Janik masih menerawang memikirkan buku catatan itu, ibunya belum pesan hingga detik ini.

Dilihatnya Moli sudah terlelap tidur, Janik memilih bangun dan duduk di depan meja belajarnya. 

Dikeluarkannya buku catatan ibunya dan catatan si pria tambun yang sengaja dibawanya pulang. Entah mengapa Janik hanya ingin membawa buku catatan si pria tambun yang tertinggal.

Jika diperhatikan lebih detai cover depan buku catatan berwarna burgundy nyaris gelap jika tak dilihat dengan lampu yang terang terdapat sebuah gambar serupa bunga. Namun bunga apa ini? Pikir Janik sambil terus mengamati.

“Itu gambar bunga Dahlia Nik “ suara Moli membuat Janik terperanjat dan hampir kena serangan jantung.

Moli yang dikiranya sudah tidur kini berdiri tepat di belakangnya.

“Moli bikin kaget saja, aku pikir kamu tidur”

“Aku sebenarnya masih takut dan cemas jadi belum bisa tidur nyenyak. Ngomong-ngomong itu buku catatan siapa?” tanya Moli yang sekarang sudah duduk di kasur.

“Ini milik pria tambun pengunjung kedai hari ini, dia mmeninggalkannya di kedai”

“Lalu yang satunnya?” tanya Moli penasaran.

“Aku belum tahu ini milik siapa, tapi buku ini ada di rumah ini” jawab Janik sedikit misterius.

“Lalu kenapa cuma dilihat saja, enggak dibaca sekalian?” ujar Moli dengan posisi siap tidur kembali.

Janik tertegun, sebenarnya sejak  menemukan buku catatan itu, ingin sekali membacanya. Namun mentalnya belum siap untuk mengetahui isinya.

Akhirnya Janik kembali memasukan kedua buku catatan itu di tas, dilirik ponselnya sebelum tidur, namun pesan ibu tak kunjung tiba.

Pagi yang cerah tiba, Janik dan Moli bergegas ke kedai, polisi yang menjaga rumah semalam pun sudah pulang berpamitan.

Hari ini Janik memilih naik motor, alasannya dia lemas kurang tidur. Kedai sudah ramai padahal belum jam buka, tapi bukan ramai oleh penunjung melainkan masyarakat sekitar yang berkerumun di sana.

Janik dan Moli berusaha menembus kerumunan orang-orang untuk sampai ke depan kedai.

Janik dan Moli hanya bisa ternganga melihat kondisi keca depan kedai yang tercerai berai. Han yang bertugas pagi ini terduduk di depan kedai penuh luka. Beberapa orang mencoba menolong Han dan mengobatinya.

Janik dan Moli langsung menghampiri Han yang lecet di sana sini.

“Han, kita ke rumah sakit saja” tawar Janik begitu di samping Han

“Enggak perlu Janik, lagi pula hanya lecet-lecet dan memar sedikit tak parah” pria keturunan jepang manado itu menolak untuk dibawa ke rumah sakit.

“Han kok bisa kedai jadi hancur badai begini?” tanya Moli kemudian

“Aku datang sekitar 1 jam yang lalu karena terima pesan pemasok teh akan kirim pasokannya pagi ini, tapi setibanya di sini, aku lihat ada orang masuk ke kedai sekitar 4 orang, begitu aku berteriak maling mereka malah balik menyerang dan kabur setelah menghancurkan kaca depan pakai motor.” Tutur Han sedikit meringis.

Janik tertegun mendengar cerita Han, mengapa semua begitu tiba-tiba kejadiannya dan hampir  bersamaan. Kemarin malam rumahnya, pagi ini kedai, sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini? Pikiran Janik diliputi tanya.

Tak lama polisi datang dan meminta keterangan, dengan terpaksa hari ini kedai tutup. Janik berusaha menghubungi ibunya sebagai pemilik kedai, namun tak ada jawaban. Sambungannya pun di luar jangkauan.

Masih dengan pikiran yang penuh dengan tanya, Janik ditemani Moli dan Han membereskan kedai sebisa mereka.

Mungkin ini waktunya membuka dua buku catatan itu, setidaknya jika memang buku ini ada kaitannya dengan peristiwa dadakan ini. Aku bisa menentukan sikap selanjutnya.

Ujar Janik dalam hati.

Bersambung.

#onedayonepos
#odopbatch5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar