Petang mulai menjelang, si pria tambun pemilik buku belum menampakan dirinya. Janik mulai meresa lelah, pengunjung hari ini ramai sekali. Kedai pun penuh sesak.
Lamat –lamat mulai terdengar
adzan magrib, Janik meminta Nia yang baru lagi tiba untuk bergantian menjadi kasir, sementara ia
pergi ke mushola depan kedai bersama Moli.
Janik dan Moli dengan khusyuk
shalat mengikuti imam, bahkan air mata Moli sampai menetes. Selesai shalat mereka
memanjatkan doa untuk Kak Lulu dan keselamatan mereka sendiri.
Jalanan masih saja ramai seusai
shalat, membuat Janik dan Moli harus bersabar ketika akan menyebrang.
Namun
tiba-tiba sebuah motor dengan kecepatan tinggi menghampiri mereka, dan hampir
menyermpet.
Beruntung Janik memiliki gerak reflex yang baik hingga terhindar
dari serempetan motor itu.
Sebagai gantinya sikut dan lengan
mereka lecet terjatuh ke halaman mushala. Mereka berdua ditolong orang-orang
yang berada di halaman mushala. Makian pun keluar dari para orang itu kepada si
pengendara motor. Janik dan Moli kaget bukan kepalang.
Setelah tenang mereka dibantu
menyebrang oleh beberapa orang yang hendak menyebrang pula. Di dalam kedai
Janik dan Moli langsung membasuh sikut dan tangan mereka di dapur, membubuhinya
dengan anti septik. Nia menghampiri mereka, menawarkan bantuan.
“Udah enggak apa-apa kok Nia
makasih, kalau kamu mau shalat aku udah bisa jaga kasir lagi” ujar Janik.
Nia pun mengangguk dan bergegas
pergi. Janik dan Moli berusaha kuat dan kembali mengerjakan tugas mereka hingga
kedai tutup.
Jam 9 malam kedai mulai sepi
karena sudah masuk jam tutup. Janik yang sudah bersiap akan pulang mengunci
laci kasir, dan pergi ke kamar ganti. Moli ternyata sudah lebuh dahulu disana.
“Janik, aku nginep tempat kamu
boleh?” pinta Moli
“Boleh, kenapa enggak? Lagi pula
ibu lagi keluar kota kan urusan investor kedai” jawab Janik
Akhirnya mereka pulang ke rumah
Janik berboncengan sepeda. Rumah Janik memang tak jauh dari kedai, hanya
terpaut 3 blok saja. Janik selalu memilih untuk naik sepeda selain menghindari
macet, sehat juga.
Selang beberapa menit mereka sudah
sampai. Rumah Janik masih gelap, tanda tak berpenghuni. Janik membuka pagar dan
memarkirkan sepedanya di halaman. Lalu mulai membuka pintu utama dan menyalakan
lampu.
Mata Janik dan Moli terbelalak
begitu lampu menyala. Rumah Janik sangat
berantakan, barang-barang berceceran dan isi lemari keluar semua, mirip habis
dirampok.
Moli mulai ketakutan pun Janik,
namun mereka mencoba mengatasinya dan mulai memeriksa ruangan yang lain. Ruang
makan dan dapur yang mereka periksa pertama kali, bukan tanpa alasan tapi di
sana banyak benda yang bisa dijadikan senjata.
Anehnya daerah dapur masih rapi
tak satupun benda tercecer di sana, lagi pula memang tak ada benda berharga di
dapur.
Berbekal palu dan wajan Janik
diikuti Moli dari belakang mulai merangsek ke lantai dua tempat kamar-kamar
berada. Alarm kewaspadaan mereka tingkatkan, mengingat apapun bisa terjadi di
rumah ini sekarang.
Pertama mereka memeriksa kamar
Janik, pelan-pelan mereka membuka pintu. Adrenalin mereka berpacu kencang, lalu
dinyalakannya lampu kamar, pemandangan yang terlihat sudah seperti kota yang
kena bom, lalu mereka beranjak ke kamar mandi, di sana rapi hampir tak ada yang
berubah. Tak ada satu pun orang disana.
Janik dan Moli belum bisa
bernapas lega, masih ada satu kamar tersisa kamar ibu. Perlahan –lahan mereka
menuju kamar ibu yang terletak di sebelah barat kamar Janik.
Lampu lorong yang gelap Janik nyalakan dan jadilah
terang. Begitu sampai di depan pintu kamar ibu, Janik dan Moli mengatur napas
mereka yang habis karena tegang. Perlahan pintu dibuka, lalu mereka mulai
melangkah masuk. Tangan Janik segera menyelasar dinding untuk mencari knot agar
lampu menyala.
Pyar! Lampu menyala, kamar ibu
tak jauh kondisinya dari kamar Janik, kamar mandinya pun rapi tak ada yang
berubah.
Janik dan Moli terduduk di kasur,
lelah karena tegang. Mereka pun mulai berpikir.
“Ini aneh Janik, kalau perampokan
pasti ada barang berharga yang hilang sepanjang ini, TV LED, kulkas, bahkan
perhiasan ibumu malah tercecer di depan lemari. Sebenarnya apa yang dicari dari
rumah ini? Atau ini terror?” ungkap Moli.
Janik membenarkan pikiran Moli,
ia juga memikirkan hal yang sama. Tapi selama ini baik dirinya ataupun ibu tak
pernah punya musuh. Mungkin saja ada yang ia tidak ketahui selama ini.
Akhirnya mereka berdua mulai
membereskan kamar ibu terlebih dahulu. Moli mengambil handphonenya untuk
memesan makanan via delivery order ketegangan membuatnya merasa lapar. Lalu
kembali membantu Janik.
Ketika sedang memasukan kotak
perhiasan ke dalam lemari, Janik melihat ada sebuah kotak kayu yang terselip
diantara ruang penyimpanan perhiasan, sekilas memang terlihat seperti bagian
lemari yang tak bisa dibuka, namun jika diperhatikan bentuknya mirip laci yang sengaja menyatu dalam dinding.
Penasaran Janik menyentuh kotak
itu hendak dikeluarkannya, dan ternyata berhasil. Janik duduk di atas kasur
sambil membawa kotak itu. Moli ikut duduk dan merasa penasaran, namun suara bel
membuat Moli turun ke bawah, karena itu pasti D.O yang ia pesan.
Tinggalah Janik yang takut-takut
membuka kotak itu. Kotak yang berwarna serupa lemar ibu, cuklat tua. Ukurannya
tidak terlalu besar dan tak terlalu kecil.
Tak ada kunci ataupun alat untuk membuka kotak itu.
Bagaimana cara
membukanya? Pikir Janik
Janik lalu menggeser papan bagian
atas dari kotak itu, dan papan itu bergeser kotak itu berhasi ia buka. Ada
sebuah bungkusan kecil di dalamnya. Lalu Janik segera membuka bungkusan itu.
Sebuah buku catatan tersimpan di sana.
Janik memperhatikan buku catatan
itu sepertinya tak asing baginya. Dimana ia pernah melihatnya?
Tunggu dulu buku catatan ini
mirip dengan…. Ah buku catatan si pria ganteng sejagat, si pria masak, dan
terakhir milik si pria tambun yang belum ditemuinya. Semua pria itu duduk di
meja no 13 di kedai dan buku catatan mereka sama-sama tertinggal atau memang
sengaja ditinggalkan? Pikiran Janik
penuh tanya.
Apa hubungan buku catatan ini
dengan ibu? Mengapa ibu memilikinya juga? Siapa ketiga pria di kedai itu? Apa
hubungan mereka dengan buku catatan ini dan ibu?
Bersambung
#onedayonepost
#odopbatch5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar