Manjanik tergesa-gesa masuk ke kedai, segera didorong pintu
belakang, dan berlari menuju toilet.
Cukup lama Manjanik di dalam, hingga merasa tuntas baru ia keluar.
Lemas terasa, namun dipaksanya kaki berjalan menuju ruang
ganti. Disana ternyata ada Moli yang duduk terpekur mendekap kedua kakinya.
Manjanik segera menghampirinya.
“Aduh Moli sayang kenapa sedih sih?” Tanya Janik dengan
suara manja.
Moli melihat ke arah Janik yang duduk di sebelah, lalu
memeluk dan menangis. Janik merasa kaget dan heran. Dibiarkannya Moli menangis
sepuasnya hingga pundaknya basah. Janik hanya mengelus punggung Moli perlahan.
Sejenak Moli sudah merasa tenang, Janik mengeluarkan botol
minum yang masih penuh dari dalam tasnya dan memberikannya pada Moli.
Diteguknya sekali air itu sambil mengusap air mata.
“Kamu udah lega
Moli?” tanya Janik perlahan, Moli pun mengangguk pelan.
“Aku… aku takut banget
Janik” Ujar Moli lirih
“Takut? Apa yang buat Moli takut?”
Moli menatap Janik, terlihat jelas sorot matanya menunjukan
rasa takut yang sangat.
“Moli cerita sama Janik, enggak perlu takut, ya?” tawar Janik
tulus.
“Kakak aku Lulu, dia…dia sekarang di rumah sakit, kondisinya
mengenaskan, entah apa yang sudah menimpanya, aku enggak pernah bisa bayangkan
gimana kalau nanti dia sadar?...” mata Moli kembali berkaca-kaca.
Janik kembali mengusap punggung dan memegang pundaknya.
“Kejadiannya seminggu yang lalu waktu Kak Lulu pergi ke luar
kota untuk penelitian, enam hari kebelakang kami lost contact , ibu aku pikir Kak Lulu sibuk jadi tak sempat
mengabari, tapi…” Moli menghela napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
Janik turut menghela napas panjang, dan menyiapkan diri
mendengar cerita Moli.
“Kemarin Kak Lulu ditemukan disebuah jalanan sepi, bajunya
robek-robek, tubuhnya penuh luka, bahkan daerah intimnya terkoyak, beruntung ia
masih hidup, tapi hidupnya kini akan menjadi keberuntungan atau sebaliknya, aku
sangsi..” tutur Moli lirih.
Tak terasa air mata Janik menetes mendengar Moli bertutur
seperti itu. Ia pernah bertemu Kak Lulu saat mengunjungi Moli di kedai.
Orangnya cerdas, cantik, penyayang, dan pemberani.
Sewaktu Kak Lulu mengunjungi kedai, ia berani menegur seorang
pria yang hendak berbuat asusila pada salah seorang pengunjung, ya dia memang
seorang pemberani.
“Kamu tahu Janik, hanya kertas bergambar Dahlia Hitam yang
ternoda darah yang ada di saku bajunya“ ucapnya.
“Apa kak Lulu sedang meneliti tentang bunga dahlia?” tanya
Janik.
“Sepertinya begitu, selama dua tahun terakhir ini, Kak Lulu
selalu tertarik dengan jenis-jenis bunga dahlia, dia mengumpulkan banyak kliping tentang itu, bahkan menanam
beberapa di rumah” cerita Moli.
“Lalu apa keterangan polisi?” tanya Janik lagi.
“Sementara ini, Kak Lulu dinyatakan sebagai korban
penganiayaan dan perkosaan, baru itu”
Janik merasa sedih atas apa yang menimpa kakak Moli. Setelah
dirasa bisa menguasai diri, mereka mencuci muka di wastafel dan kembali bekerja.
Janik sudah duduk di meja kasir, siang ini bagiannya menjadi kasir. Lia yang bertugas awal, pamit kepadanya
sambil berpesan bahwa salah satu pengunjung meninggalkan bukunya di kedai dan
Lia menyimpan buku itu di laci meja.
Lia menyebutkan ciri-ciri pengunjung yang meninggalkan buku
itu, bertubuh tambun, usianya sekitar 30 tahun lebih, tak punya rambut alias botak, berkacamata, memakai setelan
berwarna caramel.
Janik merasa heran,mengapa ia sering sekali berurusan dengan
buku pengunjung yang tertinggal. Dibukanya meja untuk melihat bukunya benar di
sana.
Wah apa ini sebuah
kebetulan juga?!
Seru Janik dalam hati
Lagi-lagi buku catatan
yang tertinggal, ah takdir apa ini? Hatinya kembali bertanya-tanya.
Bersambung.
#onepostoneday
#odopbatch5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar