Langit berwarna kemerah-merahan, Dahlia masih terkunci di
kamar. Kaki dan tangan terantai besi, matanya menerawang melihat
langit-langit kamar yang dipenuhi sarang laba-laba.
Entah sudah berapa hari ia di kurung dengan kondisi seperti
itu, tanpa tahu salah apa yang diperbuatnya. Tubuhnya yang penuh lebam masih
terasa ngilu, bahkan ngilu di bawah perut membuat rasa sakit bertambah-tambah.
Cahaya yang masuk dari jendela kecil perlahan hilang, ruangan
pun menggelap. Kini gelap saja yang bisa dilihatnya.
Tubuhnya mulai terasa dingin, bajunya yang koyak dimana-mana tak mampu memberikan rasa hangat lagi.
Tubuhnya mulai terasa dingin, bajunya yang koyak dimana-mana tak mampu memberikan rasa hangat lagi.
Seseorang membuka pintu kamar, sorot lampu dari arah pintu
membuat matanya silau. Orang itu bergegas masuk dan mendekati Dahlia. Dibukanya
rantai yang membelenggu tangan dan kaki, Dahlia tak mengenalnya, yang dirinya
tahu, orang itu laki-laki.
Dahlia merasa takut dan hendak berontak, ia bertekad tak akan
menyerah sebelum melawan. Namun sepertinya lelaki itu memahami naluri
mempertahankan diri Dahlia. Lagi pula lelaki itu tak butuh tenaga banyak untuk
menahan perlawanan Dahlia yang lemah.
Diangkatnya Dahlia keluar dari kamar gelap itu, bergegas.
Dahlia melihat banyak lelaki yang sudah terjuntai tak sadarkan diri. Para
lelaki itu yang sudah berbuat bejat padanya,
bahkan terkadang ada lelaki lain yang memperparah kondisinya.
Setelah keluar dari rumah itu, Dahlia dibawa lelaki yang tak
dikenalnya dengan mobil. Dahlia yang sudah tak mampu berucap hanya berharap
dirinya tak akan masuk lubang buaya setelah lepas dari sarang harimau.
Perjalanan yang ditempuh dirasa Dahlia panjang sekali. Kini
paparan sinar matahari menembus jendela mobil. Sudah berapa lama ia tertidur?
Dimana dirinya berada ?. Matanya mencari sosok lelaki yang kini hilang.
Dahlia mencoba untuk bangun, namun rasa lemas tak terhingga
membuatnya lumpuh. Si lelaki itu tiba-tiba datang membawa kantung kresek dan kembali duduk di
samping Dahlia. Membuka kantung kresek kemudian mengambil isinya.
Suapan demi suapan bubur masuk ke dalam mulut Dahlia yang tak
sabar menunggu suapan berikutnya. Teh manis hangat tak setetes pun tersisa di
wadah plastiknya. Dahlia merasa mendapat surga setelah berhari-hari kelaparan.
Komplotan lelaki bejat itu hanya memberinya segelas air dan
sepotong roti, itu pun jika mereka ingat.Tapi kini rasa kenyang membuat Dahlia
mengantuk lagi, lambat laun seiring laju mobil yang dipacu matanya tertutup
juga.
Tangan –tangan asing menjamahinya, Dahlia mencoba berontak
namun satu tinjuan mendarat di perutnya. Ia masih gigih melawan, meronta,
menggigit, bahkan menjambak. Namun tamparan demi tamparan yang diterimanya.
Tak jarang tubuhnya dihempas ke tembok, ia berteriak namun
kain sumpal yang masuk ke mulutnya.
Setelah itu satu suntikan dimasukan ke tubuhnya, kini ia hanya jadi mayat hidup
yang bisa menyaksikan apa yang terjadi padanya namun tak berdaya, bahkan
air mata tak sudi untuk meleleh.
Tapi tidak kali ini, air matanya turun dengan derasnya,
bahkan sesenggukan keluar dari mulutnya. Jika saja lelaki itu tak
membangunkannya entah berapa lama Dahlia akan menangis. Untung saja kali ini
hanya mimpi.
Dahlia membuka matanya, ia bisa melihat jelas wajah lelaki itu
dari mata bengkaknya.
Rumah besar berwarna hijau ada dihadapannya, masih
dipangku lelaki asing itu Dahlia dibawa masuk ke dalam. Apa yang akan terjadi
pada Dahlia di rumah ini, sungguh masih misteri baginya.
Bersambung
#onedayonepost
#odopbatch5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar