Jumat, 23 Februari 2018

Pria di Kedai teh Part 11


Benda ini harus kamu temukan!, caption pada pesan gambar ibu via whatsapp

Janik temukan benda yang ibu kirimkan padamu ini. Berpikirlah dan temukan jawaban. 

Jaga dirimu, semua jawaban itu akan mempertemukan kita kembali jika ibu selamat.

Maaf membuatmu sulit dan bingung, tapi ibu hanya berpikir itu yang terbaik bagimu sampai saatnya tiba.

Cermatilah semua hal dan jangan percaya pada siapapun yang hatimu tak menghendakinya.

Lukisan Suku Aztec dan Lelucon Arsenik di kedai akan membantumu. Carilah bantuan karena kita diburu waktu.

Ibu menyayangimu, jaga diri dan temukanlah jawaban maka kamu akan tahu sebuah hakikat.

Begitulah isi pesan whatsapp ibu Janik selanjutnya.

Mata Janik mulai panas memikirkan ibunya yang kini mungkin sedang dalam situasi berbahaya. Kepalanya mulai digerakan kesamping kanan kiri depan dan belakang. Itulah kebiasaan Janik dalam mengatasi situasi yang menyulitkan baginya.

Moli yang masih duduk di sampingnya memegang pundak Janik menenangkan.

“Nik, ada apa?” tanya Moli pelan.

Janik mulai menguasai dirinya untuk tenang dan menatap Moli, meski air mata sudah hampir jatuh di pelupuk mata.

“Aku harus ke kedai sekarang juga Mol.” Ujar Moli mantap

“Oh oke, ayo kita berangkat sekarang”

Janik memacu sepeda motornya bagai berlomba dengan angin. Bahkan angin pun ingin dikalahkannya saat ini.

Posisi kedai memang cukup memakan waktu jika pakai kecepatan standar dari rumah Moli, namun tidak kali ini.

Kedai yang masih terbuka bagian depanya terlihat jelas dari luar, karena tak ada pagar tinggi yang menutup bagian depan kedai, semua begitu lengang dan terbuka.

Janik dan Moli masuk tanpa melalui pintu hanya melompati bagian dekorasi yang sengaja dibuat sebagai kamuflase bagian yang rusak.

Mata Janik langsung bergeriliya pada dinding-dinding tembok kedai yang penuh dengan gambar dan aksesories tahun lampau. Hal itu menunjukan identitas kedai yang bergaya retro.

Ia mencari lukisan suku Aztek dan lelucon arsenic yang dimaksud ibunya dalam pesan whatsapp. Ia pun menemukan lukisan suku Aztek tepat di dinding meja no 13 berada. Segera diturunkan lukisan itu ke atas meja.

Janik mulai menatap lukisan itu dengan cermat mencoba mencerna maksud dari lukisan itu. Moli yang datang dari kamar mandi menghampirinya.

“Lukisan suku Aztek ini kenapa diturunkan Nik?”

“Di lukisan ini ada sebuah petunjuk Mol tapi aku belum menemukannya, ah iya kamu tahu dimana tulisan lelucon soal arsenic yang di pajang di kedai?”

“Oh yang itu, ya ampun Janik, kamu kan sering di kasir masa enggak kelihatan, itu di dinding belakang meja kasir. Baru sebulan yang lalu Bu Bos yang memasangnya di situ” Tunjuk Moli diikuti mata Janik yang tertuju kesana.

Janik segera bangkit membawa serta lelucon yang terbingkai itu ke meja no 13. 

Baru sebulan yang lalu lelucon ini dipasang, ibu rupanya sudah menyiapkan ini untuknya, begitulah pikir Janik.

Disandingkannya dua bingkai bergambar dan bertulisan itu dan dicobanya untuk mencermati.

Janik belum bisa mencerna maksud dari lukisan suku Aztek yang dilihatnya, di lukisan itu yang dapat dipahaminya hanya ada dua gambar manusia dengan banyak ornament gambar di sekelilingnya dan tak dipahami Janik maksudnya apa.

Lelucon Arsenik itu masih bisa sedikit dipahaminya karena menggunakan bahasa inggris. Disitu tertulis bahwa arsenic digunakan oleh seorang dokter sebagai obat diet dan kecantikan, dalam promosinya.

Apa hubungan lukisan suku Aztek dengan arsenic? Jaman sekarang arsenik termasuk racun yang sangat berbahaya dan mematikan. Apa mungkin maksudnya adalah dua orang di lukisan suku Aztek ini akan berebut arsenic? Pikir Janik

Kebuntuan Janik terpecah saat Moli menunjukan hasilnya berselancar di dunia maya tentang lukisan suku Aztec itu.

“Tunggu apa ini yang dimaksud dari lukisan suku Aztec ini adalah Negara meksiko?” tanya Janik.

“Ya kalau hasil googling sih sementara itu, lukisan suku aztek itu jadi dasar gambar elang memakan ular dalam bendera Negara Meksiko.” jawab Moli.

“Ya itu mungkin saja, sampai kita bisa menemukan petunjuk selanjutnya, Moli thank you,” ujar Janik dengan mimik muka yang tulus, Moli pun tersenyum senang melihat sahabatnya meras terbantu.

Tiba-tiba terdengar suara yang terjatuh di bagian depan kedai mengagetkan mereka. Moli dan Janik langsung berdiri namun tak lekas menuju sumber suara.

Janik terlebih dahulu memotret lukisan dan lelucon berbingkai itu. Lalu mereka mengendap sampai ke depan, terlihat dari arah mereka ada seorang pria memperhatikan kedai dan berusaha untuk masuk

Janik dan Moli langsung bersiaga menghadapi sesuatu yang buruk sekalipun.

Si pria itu melangkahi dekorasi dan masuk ke dalam kedai, lalu berjalan menuju meja no 13. Janik dan Moli yang sudah bersembunyi di balik meja dan kursi kemudian mengintai pria itu dari belakang.

Sesaat pria itu tiba di meja no 13, Buukkkk! Satu pukulan membuatnya ambruk seketika.Moli menutup mulutnya agar tak berteriak melihat Janik memukul pria itu sampai pingsan.

Bersambung.
#onedayonepost
#odopbatch5



5 komentar: