Hari ini Layung ada janji bertemu
kawan-kawannya di padang rumput belakang bukit.
Janji itu sudah dibuat sejak dua
hari yang lalu, berhubung kemarin hujan deras seharian. Jadilah hari ini
pertemuan itu digelar.
Si Rumput yang menjadi tuan rumah
kali ini. Menyambut Layung dengan ramah. Dijabatnya tangan Layung sambil
bertukar salam.
Lalu duduklah Layung di tempat
yang sudah disediakan tuan rumah sambil menunggu kawan lainnya yang datang.
" Si domba belum datang ?"
Tanya Layung
" Mungkin dia akan
terlambat, tuannya sakit pinggang, barangkali nanti yang mengantarnya orang
suruhan tuannya"
" Hmm, begitu, tapi sungguh
beruntung si domba punya pemilik yang baik dan mau merawatnya " ujar
Layung
" Ya , dia memang beruntung
memiliki tuan yang baik, tapi Tuanku jauh lebih baik " jawab si Rumput
" Ah, aku baru tahu kalau
kau bertuan juga " Layung sedikit terkejut.
Si Rumput malah terkekeh
mendengar Layung yang terkejut.
" Bukan hanya aku, tapi
semua yang ada di alam jagat raya ini pasti ada tuannya, ada pemiliknya,
kaulihat kotoran burung itu ?" Layung langsung menatap kotoran burung yang
tercecer di atas batu.
" Apa hubungannya kotoran
burung itu dengan bertuan atau tidak?" Tanya Layung penasaran
Si Rumput kembali terkekeh.
" Kotoran burung itu tak
mungkin keluar dari batu, tapi pasti dari pemiliknya ya si burung itu "
papar si Rumput
" Maksudmu kotoran saja ada
pemiliknya, jadi semua yang ada di jagat raya ini ada pemiliknya?" Tanya
Layung menegaskan.
" Benar, ternyata kau cedas
juga" seru si Rumput.
" Lalu bagaimana aku
mengenal pemilikku?" Layung kembali bertanya
" Tanya pada orang shaleh
" jawab si domba yang baru saja datang.
" Ah, sudah datang rupanya
kau domba" si Rumput menyalami si Domba dan mepersilahkannya bergabung.
" Dimana aku bisa menjumpai
orang shaleh itu?" Tanya Layung tak sabar
" Tuanku selalu pergi setiap
minggu ke kota seberang untuk mendengarkan nasihat orang shaleh itu" jawab
Si Domba.
" Hmmm, itu berita bagus,
ada baiknya kau bertanya pada tuannya si Domba, dimana tepatnya orang shaleh
itu berada" usul si Rumput
" Benar, kau bisa ikut
pulang bersamaku dengan alasan mengantarku, kebetulan aku pergi seorang diri ke
sini " ujar si Domba.
" Nah, sebaiknya kalian
bergegas pulang, awan hitam sudah menyeru akan datang, hujan akan kembali turun
sebentar lagi" kata si Rumput.
" Baiklah, kami pamit ya,
sepulang aku bertemu dengan orang shaleh itu, kita bertemu lagi disini "
pamit Layung, si Rumput pun hanya mengangguk dan tersenyum.
Bergegas Layung dan si Domba
pulang ke tempat tuannya si Domba.
****
Seminggu berlalu, hujan sudah
jarang-jarang mengguyur bumi.
Layung, si Rumput, dan si Domba
kembali berkumpul.
" Kau benar Rumput, aku juga
punya pemilik, bahkan pemilikmu, pemilik si domba, pemilik tuannya si domba,
pemilik padang rumput ini, termasuk si
awan yang suka menghitam dan hujan yang senang membasahi bumi semua milik
pemilikku, pemilik kita sama " papar Layung.
Si Rumput dan si Domba hanya
terkekeh, Layung sadar bahwa dialah yang terlambat mengetahui pemiliknya daripada
mereka.
" Pemilik kita punya nama
yang indah agar kita bisa menyebutnya. Allah Subhanahuawataa'la itulah namaNya"
"Allah" tasbih si
Rumput dan si Domba.
Hujan yang sudah jarang-jarang
datang itu, tiba-tiba turun tak deras pun tak kecil.
" Air hujan ini termasuk
rahmatNya, beruntunglah mahkluk yang mendapatkannya" ujar Layung
Layung, si Rumput, dan si Domba membiarkan
diri mereka terkena air hujan yang menyegarkan seraya tasbih kepada Yang Kuasa
mereka gemakan.
Berharap rahmat Allah akan
diterimanya.
#onedayonepost
#odopbatch5
Subhanallah. Allahuakbar! Lagi, cerpennya bunda jempol, kembali mengingatkan diri.
BalasHapusTerimakasih bunda cantik solehah ^_^
alhamduliillah
BalasHapusterimakasih mba Nia sudah sering berkunjung dan memberi energi positif buat bunda, membuat bunda bersemangat, semoga menjadi amalan shalih untuk mba nia, amin
Thanks infonya http://bit.ly/2MHDqgH
BalasHapus