Hidup itu untuk dijalani bukan untuk dimarahi, itulah pesan
Marni pada Lisna yang selalu saja marah-marah setiap hari.
Kadang Marni terheran, tenaga Lisna seakan tidak ada habisnya untuk marah setiap hari. Ada saja hal yang membuat Lisna kesal dan marah setiap hari. Marni-lah yang biasanya menjadi tempat penampungan kekesalan Lisna.
Kadang itu membuat Lisna terheran, bisa-bisanya Marni tahan dan kuat menjadi penampungan kekesalannya. Seolah tenaga Marni tak pernah habis untuk bersabar. Hingga pada suatu sore mereka pun terlibat sebuah percakapan.
Kadang Marni terheran, tenaga Lisna seakan tidak ada habisnya untuk marah setiap hari. Ada saja hal yang membuat Lisna kesal dan marah setiap hari. Marni-lah yang biasanya menjadi tempat penampungan kekesalan Lisna.
Kadang itu membuat Lisna terheran, bisa-bisanya Marni tahan dan kuat menjadi penampungan kekesalannya. Seolah tenaga Marni tak pernah habis untuk bersabar. Hingga pada suatu sore mereka pun terlibat sebuah percakapan.
“ Mar, kamu kok tahan dengan sifat pemarahku?” Tanya Lisna
“ Memangnya kenapa kalau aku tahan? Kamu mau marah lagi?”
“ Tidak, hanya saja banyak orang yang tak tahan”
“ Lalu menurutmu mengapa mereka itu tak tahan?” Tanya Marni
“ Ya karena mereka tak mau aku marahi bahkan tak suka”
“ Lalu apa kamu masih mau marah-marah sekarang?” Tanya Marni
“ Entahlah, selalu saja ada yang membuatku kesal setiap hari, jadi ya aku marah, daripada aku gila jika memendamnya” tutur
“ Bagaimana jika aku yang gila karena terus mendengarmu marah-marah?” Tanya Marni
“ Tidak mungkin kamu jadi gila, kamu kan penyabar” tukas Lisna
“ Oh begitu, bagaimana jika kamu jadi gila karena marah-marah terus?”
“ Ah, mustahil itu, aku marah kan supaya tidak jadi gila” kilah Lisna
“ Itu kalau kamu marah, kalau kamu marah-marah apa tidak bikin gila?” Tanya Marni, Lisna pun terdiam sesaat. Dipandangnya wajah Marni sahabatnya selama tiga tahun ini.
Wajahnya teduh dan senyuman sering menghiasi wajah teduhnya itu. Hanya Marni seoranglah sahabatnya, yang tahan pada sifat pemarahnya.
Kadang Lisna bertanya, mengapa Tuhan membuatnya bersahabat dengan Marni, apa karena Lisna pemarah dan Marni penyabar?.
“ Mar” panggil Lisna setelah mereka bisu cukup lama
“ Ada apa?”
“ Kamu mengapa begitu sabar terhadapku yang pemarah ini?” Tanya Lisna, Marni pun tersenyum.
“ Aku tidak punya alasan untuk tidak sabar padamu Lis”
“ Maksudnya? Orang lain menjauhiku karena aku suka marah-marah,tapi kamu tidak, padahal kita belum lama berteman.”
Marni kembali tersenyum, ditatapnya Lisna dengan lembut.
“ Lis, kamu marah-marah karena ada sebabnya, begitu juga aku, memilih bersabar karena ada penyebabnya”
“ Lalu apa penyebabnya?” Tanya Lisna penasaran.
“ Allah dan Nabi yang suruh Lis” jawab Marni singkat, membuat Lisna termenung
“ Lis, mendiang ibuku berpesan padaku dua hal, yang pertama beliau bilang Allah selalu beserta dengan orang-orang yang sabar, yang kedua bagi kita, muslim yang satu itu bersaudara dengan yang lainnya. Aku ini sebatang kara, hanya Allah yang kupunya, aku memilih bersabar dalam kesendirianku, lalu Allah kirimkan kamu Lisna menjadi sahabatku, bukan kita ini bersaudara karena begitulah kata Nabi. Lalu mengapa aku harus pergi meninggalkanmu hanya karena salah satu sifat burukmu”
Lisna mulai berkaca-kaca mendengar jawaban Marni.
“ Lis, selama kita menimba ilmu di kota ini, kamu banyak sekali berbuat kebaikan padaku, marah-marahmu yang setiap hari kumat lebih sedikit nilainya jika dibandingkan kebaikanmu padaku, lalu kenapa aku harus tidak tahan bersahabat denganmu?” air mata Lisna sudah tak terbendung ia menangis sejadinya.
“ Maafkan aku Mar, jika aku sering melukaimu karena sifat pemarahku ini” ucap Lisna sambil menghapus air matanya. Marni pun mengangguk dan tersenyum
“ Lis, aku juga punya banyak sekali kekurangan dan sifat buruk yang tanpa sadar kau maklumi, misalnya saja sifat pelupa-ku”, Lisna tersenyum mendengarnya.
“ Itu menunjukan kamu juga sudah bersabar kepadaku tanpa kamu sadari, jadi mau kan mulai sekarang kamu hanya marah saja tanpa marah-marah?”, gelitik Marni, Lisna tersenyum agak lebar kali ini .
“ Lis hidup itu untuk dijalani bukan untuk dimarahi” ucap Marni dengan jenaka, mereka berdua pun tertawa.
Lisna kini mengetahui, mengapa Allah membuatnya bersahabat
dengan Marni.
Terimakasih yaa Allah ucap Lisna dalam hati.
#onepostoneday
#odopbatch5
Terimakasih yaa Allah ucap Lisna dalam hati.
#onepostoneday
#odopbatch5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar