Namanya Cemara, gadis kecil
bertubuh kurus dan jangkung . Kulitnya putih pucat. Ia menjadi bahan
pergunjingan orang-orang sekampung karena bola matanya.
Mengapa hanya karena sepasang bola mata dipergunjingkan ?. Bola mata Cemara berwarna biru kehijau-hijauan, karenanya ia dianggap cenayang. Tak hanya bola matanya yang jadi persoalan. Rambut panjangnya yang bergelombang berwarna merah, menambah besar prasangka buruk bahwa ia seorang cenayang.
Mengapa hanya karena sepasang bola mata dipergunjingkan ?. Bola mata Cemara berwarna biru kehijau-hijauan, karenanya ia dianggap cenayang. Tak hanya bola matanya yang jadi persoalan. Rambut panjangnya yang bergelombang berwarna merah, menambah besar prasangka buruk bahwa ia seorang cenayang.
Ditengah pergunjingan orang sekampung, Cemara tetaplah seorang gadis kecil yang senang bermain tanah dan berlari-larian, meski seorang diri tak berkawan. Ketika ia mulai merasa kesepian, hutan dibelakang rumahnya menjadi pelariannya.
Disana banyak yang serupa dengannya hanya saja tak bersuara. Bahkan mereka jauh lebih tinggi dari dirinya, warna rambutnya bahkan lebih aneh menurut Cemara. Warna hijau lebih aneh untuk warna rambut daripada merah begitulah pikirnya.
Temannya yang tinggi dan berambut hijau itu lebih cocok jadi cenayang, keluh Cemara. Ia sangat tinggi, tak bisa bicara, kulitnya kasar, tubuhnya amat kuat dan keras, rambutnya tak sehalus miliknya. Sangat mungkin untuknya melenyapkan nyawa, pikir Cemara.
Cemara sudah mengantongi buktinya. Pernah ditemukannya seekor burung gereja tergeletak tak bernyawa di rambut milik temannya itu. Maka dibandingkanlah dengan dirinya, tangan Cemara kecil dan kurus begitu pun kakinya. Tubuhnya berkulit tipis dan empuk, mudah tersayat jika ia jatuh dan terluka. Rambutnya halus bahkan rapuh sering berguguran jika disisir. Bagian mana yang membuat dirinya bisa disebut cenayang.
Ah, bola matanya yang biru kehijau-hijauan?. Jika matanya itu dapat melenyapkan nyawa, pastilah burung, kelinci, bahkan semut yang dijumpai dan dilihatnya akan langsung tewas seketika. Cemara tak dapat menemukan jawabannya, mengapa semua orang menjauhinya, hingga rasa sepi menyelimutinya.
Jika bola matanya memang bisa melenyapkan nyawa, sudah dilenyapkannya orang sekampung yang membuatnya kesepian. Membuatnya berpisah dari ibunya yang mereka gantung tanpa mengiba. Membuat bapaknya mengutuk dan meludahinya.
Ditinggalkanya ia dengan neneknya yang tua renta dan buta, di gunung kecil tak bertuan. Namun bukannya melenyapkan nyawa, bola mata Cemara malah berurai air mata sejadi-jadinya, menahan pedih tak terkira.
Orang-orang itu tak satupun yang terluka karena buliran air yang sedikit hangat itu, karena dirinyalah yang terluka. Lukanya perih tak terkira, karena hanya dia yang mengetahui kebenarannya.
Ibu bercerita pada Cemara di malam sebelum orang-orang kampung itu datang dan menyiksanya. Ibu harus menanggung derita demi bapak yang berhutang banyak pada tuan berambut merah dan bermata biru kehijau-hijauan di kota.
Bapak memaksa ibu membayar hutang itu dengan raganya, jika tidak nyawa bapaklah yang akan melayang. Karena cinta kasihnya, ibu rela menelan bara hingga membakar dirinya dan kehilangan nyawa. Cemara berpikir, siapa yang sebenarnya layak digunjingkan sebagai cenayang?.
Dirinya ?, temannya yang berambut hijau?, ataukah orang-orang yang membuatnya menderita dan menghilangkan nyawa ibunya?. Hanya nurani yang waraslah yang bisa menjawabnya.
Cemara kembali teringat pesan ibunya, bahwa manusia tak dapat memilih dari siapa ia dilahirkan, namun manusia bisa memilih menjadi manusia seperti apa dalam kehidupan. Jika Cemara marah dan mendendam pada orang-orang itu, maka tak ada beda dirinya dengan mereka.
Namun jika Cemara tetap hidup dengan sabar dan tabah, maka kebahagian itu perlahan pasti akan tiba, karena Tuhan selalu bersama orang-orang yang bersabar.
Cemara manarik dirinya kembali ke rumah, hingga bayangan dirinya di danau ikut menghilang, yang tersisa hanya bayangan temannya.
Di depan rumahnya ia melihat sesosok jangkung, tegap, berpakaian rapi, rambutnya merah. Begitu Cemara mendekatinya, terlihat jelas wajah sosok jangkung itu hidungnya mancung dan bola matanya biru kehijau-hijauan. Apakah ini yang disebut Tuhan beserta orang-orang yang sabar?.
#onepostoneday
#odopbatch5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar