Minggu, 28 Januari 2018

Kipas Angin





Gani sibuk mengacak-acak kamar kosnya. Meja belajarnya berantakan, lemari pakaian isinya terhambur keluar, rak buku pun kosong karena bukunya tercecer semua di lantai.

Kini giliran kardus-kardus kecil di kolong tempat tidurnya yang menjadi sasaran. Entah apa yang dicari Gani. 

Keringatnya sudah mulai bercucuran, kamar kos yang sempit dengan kipas angin yang sudah jadi bangkai, mulai terasa bagai oven pembuat roti. 

Gani sudah menelisik semua sudut kamarnya demi sesuatu yang dicarinya itu. Ia hampir menyerah, direbahkan tubuhnya yang kurus di kasur dan menarik napas. 

Diseka keringatnya yang menetes ke dagu, hingga matanya tertuju pada jaket biru lusuhnya yang tertimbun diantara tumpukan baju kotor.
  
Tanpa menunggu lama Gani langsung mengobrak-abrik pakaian kotor itu dan menarik keluar jaket biru lusuhnya.

“ Ahai! Akhirnya kutemukan juga kau ” seru Gani sambil memegang secarik kertas kecil yang menggulung. Segera Gani membuka gulungan kertas kecil itu, disana terulis Jl Teratai, Gg Bima no 59, sebuah alamat rupanya.  

“ Oh jadi gadis itu tinggal di Jalan Teratai, itu sih hanya 4 blok dari sini, dekat juga rupanya 
” gumam Gani sambil senyum-senyum sendiri

“ Ah, aku jadi tak sabar ingin segera berjumpa dengan gadis itu, kipas ini harus segera kukembalikan ” ujar Gani sambil menatap kardus bergambar kipas angin yang masih tersegel rapi.

Kemarin Gani membeli sebuah kipas angin kecil dari sebuah toko elektronik. Agaknya si pelayan toko keliru memberikan bungkusan kipas anginnya. 

Kemarin di toko itu hanya Gani dan seorang gadis yang berbelanja disana. Bahkan Gani sempat melirik gadis itu. 

Wajahnya cantik, senyumannya manis, rambutnya panjang tergerai dihiasi bandana berwarna coklat polkadot. 

Gadis itu mencuri perhatian Gani. Bisa jadi si pelayan toko keliru memberikan bungkusan kipas angin miliknya karena terbius pesona gadis itu. 

Tapi siapa namanya? Gani kembali meneliti gulungan kertas kecil itu, yang tak lain adalah sebuah nota pembelian.

“ Mirna, oalah namanya Mirna ” ucap Gani sambil kembali tersenyum. 

Kemudian Gani melihat jam dindingnya sudah menunjukan pukul tiga sore. Gani kemudian mandi, sholat, dan berdandan rapi. Setelah siap, Gani mulai menghidupkan sepeda motornya dan menuju rumah gadis itu. 

Disepanjang jalan Gani terus bernyanyi “ Kamu adalah perempuan paling cantik, di negeri ku Indonesia, kamulah yang no satu,,, ”

Tanpa terasa Gani sudah sampai di depan rumah gadis itu, Jalan Teratai, Gang Bima no 59. Rumahnya besar berwarna violet, warna yang pernah disukai Gani namun kini tidak lagi. 

Rumahnya terlihat sepi dari luar, Gani pun langsung memijit bel yang tersedia dipintu gerbang rumah itu.

 Tak berapa lama, keluarlah gadis cantik itu, hari ini ia memakai bandana berwarna hijau lumut. Gani langsung merapikan penampilannya, niatnya ingin memikat hati si gadis.

“ Maaf ini dengan rumah Mbak Mirna? ” Tanya Gani begitu gadis itu dihadapannya.

“ Iya benar, saya Mirna, anda siapa ya? ”

“ Saya Gani, sepertinya kipas angin kita tertukar “ jelas Gani sambil menunjukan bungkusan yang berisi kipas angin.

“ Oh begitu, tapi maaf kipas angin milik mas Gani sudah saya kembalikan ke toko, dan saya sudah mendapat kipas angin penggantinya “ tutur Mirna, membuat Gani sedikit malu dan kikuk.

 “ Oh sudah dikembalikan ya ?” Tanya Gani retoris, Mirna pun hanya mengangguk.

“ Baiklah kalau begitu, saya tukar ke tokonya saja, maaf sudah mengganggu Mbak Mirna “ pamit Gani, Mirna pun hanya mengangguk. 

Namun saat Gani hendak meninggalkan rumah Mirna sebuah suara memanggil Mirna dari arah pintu rumah. 

Suara itu tidak asing ditelinga Gani, bahkan Gani sangat mengenal suara ini. Suara yang dulu sering memanggilnya dan Gani sangat rindu akan suara itu.

Rasa rindunya membuat Gani kembali menoleh kearah suara itu berasal. Betapa tak kuasa ia membendung air matanya ketika ia melihat sosok dibalik suara itu adalah seorang wanita. 

Mirna mendatangi wanita itu dan memeluknya manja. Betapa Gani iri melihat Mirna bisa memeluk wanita yang ingin dipeluknya juga setelah dua puluh tahun lamanya. 

Namun wanita itu hanya sekilas melihat ke arah pintu gerbang dimana Gani berada lalu  menghilang masuk ke dalam rumah bersama Mirna.

Kini tinggalah Gani menahan sesak di dada dan air matanya yang terus mengalir tanpa diminta. Bagi Gani Ibu adalah sosok yang selalu dirindukannya selama dua puluh tahun ini, akhirnya ia bisa melihatnya meski dari jauh. 

Ibu yang meninggalkanya disebuah panti asuhan ketika ia masih berumur lima tahun. Ibu yang ingin ia lupakan sosok dan kenangannya karena tak kunjung menepati janjinya untuk kembali menjemput Gani bersamanya. 

Namun Gani tak bisa, Tuhan memberinya anugerah dapat mengingat setiap detil dimasa kecilnya. Meski waktu sudah berlalu selama dua puluh tahun, Gani masih bisa mengenali ibunya, terutama suaranya.

Gani tak meyangka kipas angin yang tertukar membawanya menemukan sang ibu yang telah lama hilang. 

Gani menyalakan kipas angin, ingin merasakan angin sejuk dari kipas angin yang telah ditukarnya di toko. 

Namun bukan angin semilir yang membawa kesejukan yang dirasakannya melainkan angin dingin yang menelusup ke dalam sanubarinya, mengorek perihnya luka yang kembali menganga. 
“ Ah apakah seharusnya kipas angin ini tak tertukar, apa ini semua sudah takdir Tuhan? ” tanya Gani dalam hati. Perlahan Gani menutup matanya yang basah, terasa sapuan angin di wajahnya dari kipas angin barunya. 

Ah lama-lama sejuk juga rupanya “, gumamnya dalam hati.

#onedayonepost
#odopbatch5



                                                                              

18 komentar:

  1. Suka sama cerpennya, tapi endingnya kurang menggigit menurutku mba ๐Ÿ˜
    Aku belum bisa jg sih bikin cerpen, bisanya baru ngomentarin.. hehe maapkeun mba
    Kalo bisa antar paragraf nya dikasih enter mba, biar enak dipandang dan kita yg ngebaca gak merasa diburu ๐Ÿ˜Š

    BalasHapus
  2. Hehehe, oke makasih dika buat masukannya, nanti saya perbiki๐Ÿ˜

    BalasHapus
  3. Aku suka ide ceritanya, mbak, tapi sptnya terlalu terburu2 alurnya... ๐Ÿ˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, iya ya, makasih masukannya, semoga bisa lebih baik lagi

      Hapus
  4. Iya... paragrafnya terlalu rapat.
    Tapi keren banget, bisa membuat fiksi... saya tidak punya ide untuk menulis fiksi

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe,makasih buat masukannya, akan saya lebih perhatikan lagi penulisannya.

      Hapus
  5. Awalnya dibuat senyum-senyum gimana gitu, eh, mendekati ending baper bun.
    Sukaaa. Keren Bun ^_^
    Tetap semangat menulis ya bunda cantik solehah, ditunggu karya indah lainnya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe,makasih nia sayang, semangat juga buat nia, Caiyooo!!!!

      Hapus
  6. Setuju sama mbak Isnani, awal bikin senyum-senyum, akhir bikin nyesek. Plot twist, aku suka.
    Kirain bakal cinta-cintaan, taunya.. Hihi..
    Keep writing! Keep figthing~ ^^)/

    BalasHapus
  7. Kerennn ga nyangka banget kalo endingnya bakal gituu๐Ÿ‘๐Ÿ‘

    BalasHapus
  8. Kipas angin yang tertukar.
    Ada apa dengan ibunya Gani?,kenapa meninggalkan gani 20 thn lamanya?

    BalasHapus
  9. Cerpennya bagus. Deskripsi tentang suasananya kena banget. Sukak pokoknya.

    BalasHapus
  10. Keren ka.. Nyesek endingnya. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, makasih Ake udah suka sama ceritanya, semangat!!!

      Hapus