sumber gambar: PSD/google
“Jadi kamu
waras?”
Hiruk pikuk pagi
ini tak dipedulikannya ketika melontarkan pertanyaan itu. Nada bicara pun datar
saja,
“Iya, orang-orang
bilang aku begitu, menurutku mereka kurang rekreasi makanya berkata seperti itu.”
Wajahnya santai menjawab sambil sesekali
melempar senyum.
“Ah…begitu rupanya,
darimana kamu tahu mereka kurang rekreasi?”
“Coba saja kamu
perhatikan mereka, setiap hari jarang sekali dari mereka yang tersenyum satu
sama lain, mereka hanya tersenyum jika ada yang menyala. Wajah mereka lebih
banyak yang muram, bahkan ketika makan atau minum, saat bersama keluarga pun.
mereka masih pasang tampang muram.”
“Hmmm, benar juga
apa yang kamu bilang, padahal mereka pakaiannya rapi dan berkendaran, harum dan
sedap di pandang, kontras sekali denganmu.”
“Tapi meskipun tampilan
luar begini, aku selalu tersenyum setiap hari karena sering rekreasi . Orang yang
tak dikenal saja kusenyumi, saking bahagianya. Kau yang selalu diam dan hanya
dilalui begitu saja oleh mereka pun, kuajak berbincang agar tidak kesepian,
lihat betapa baiknya aku.” Senyumannya kini makin lebar, deretan gigi kuningnya
mulai terlihat jelas.
“Iya kamu memang
baik mengajakku berbincang tapi jangan membuatku bau dengan air senimu itu,
pergilah ke semak-semak sana jika mau buang air.”
“Hahahaha, aku salah mengenalimu karena
tadi masih gelap, kukira kamu kakus warnamu yang hitam putih mengingatkanku
kepadanya.”
“Baiklah aku akan
maklum untuk kali ini, lain kali kamu jangan salah mengenali lagi ya.”
“Hehehe, iya, tapi
sepertinya ini yang terakhir kali, aku harus pergi jemputanku sudah datang.”
Sebuah mobil hitam mewah
melintas di hadapan dan sesaat berhenti tak jauh dari tempat mereka berada.
“Lho kamu mau kemana?” teriaknya.
“Rekreasi dong, biar tetep waras, hahahaha, sampai jumpa.” Lambaian
tangannya mengudara, sambil menuju mobil mewah itu.
“Hei! Mau apa kamu?
Pergi sana!” sebuah hardikan yang keras diterimanya.
“Hahahaha, kamu kurang rekreasi ya,
pagi-pagi sudah marah-marah, hahahaha.”
“Security! Usir orang gila ini dari
komplek kantor, menjijikan.”
Dua buah tangan
memeganginya dan membawanya kembali pada tempat semula di seberang jalan.
“Lho kok kamu balik
lagi?”
“Ah! Inilah akibatnya kalau supir lupa
kuberi ijin untuk liburan sama keluarganya. Ia lupa dengan majikannya, dan
malah marah-marah. Rekreasi itu penting untuk kesehatan jiwa.” Sesalnya.
“Ya sudah kamu
rekreasi di sini saja, mudahkan?”
“Hmm, baiklah daripada tidak sama sekali,
hahahaha.”
Segerombolan gadis
melintasi mereka dengan takut-takut bahkan setengah berlari ketika menyebrangi
jalan.
“Eh, itu bukannya
Pak Waras ya?” tanya salah seorang gadis berbaju kuning ketika sampai
diseberang jalan.
“Ah yang bener?!
tapi kalau diperhatikan iya bener itu Pak Waras mantan kepala bagian keuangan.”
Jawab gadis berbaju merah.
“Kasihan ya, anak
juga istrinya dibunuh sama perampok, padahal waktu itu Pak Waras baru dapat
cuti buat liburan bareng keluarganya. Dia sering lembur dan keluarganya sering
ngeluh karena liburan keluarga mereka gagal terus. Padahal dia atasan yang
baik, aku enggak pernah kena marah kalau kerjaanku salah. Enggak disangka
hidupnya bakal begitu.”
Gadis-gadis itu pun
pergi masuk ke dalam kantor. Yang tertinggal hanya deru-deru kendaraan yang
memadati jalan dan suara tawa yang sesekali mengudara memberi warna jalanan
yang penuh sesak.
#onedayonepost
#odopbatch5
#menjelanglulus
Kok sedih mbak 😥
BalasHapusKeren ih mbak flash fictionnya 😍