Selasa, 20 Maret 2018

Senang Sekali

sumber gambar: PSD/google

“Jadi kamu waras?”

Hiruk pikuk pagi ini tak dipedulikannya ketika melontarkan pertanyaan itu. Nada bicara pun datar saja,

“Iya, orang-orang bilang aku begitu, menurutku mereka kurang rekreasi makanya berkata seperti itu.”  Wajahnya santai menjawab sambil sesekali melempar senyum.

“Ah…begitu rupanya, darimana kamu tahu mereka kurang rekreasi?”

“Coba saja kamu perhatikan mereka, setiap hari jarang sekali dari mereka yang tersenyum satu sama lain, mereka hanya tersenyum jika ada yang menyala. Wajah mereka lebih banyak yang muram, bahkan ketika makan atau minum, saat bersama keluarga pun. mereka masih pasang tampang muram.”

“Hmmm, benar juga apa yang kamu bilang, padahal mereka pakaiannya rapi dan berkendaran, harum dan sedap di pandang, kontras sekali denganmu.”

“Tapi meskipun tampilan luar begini, aku selalu tersenyum setiap hari karena sering rekreasi . Orang yang tak dikenal saja kusenyumi, saking bahagianya. Kau yang selalu diam dan hanya dilalui begitu saja oleh mereka pun, kuajak berbincang agar tidak kesepian, lihat betapa baiknya aku.” Senyumannya kini makin lebar, deretan gigi kuningnya mulai terlihat jelas.

“Iya kamu memang baik mengajakku berbincang tapi jangan membuatku bau dengan air senimu itu, pergilah ke semak-semak sana jika mau buang air.”

Hahahaha, aku salah mengenalimu karena tadi masih gelap, kukira kamu kakus warnamu yang hitam putih mengingatkanku kepadanya.”

“Baiklah aku akan maklum untuk kali ini, lain kali kamu jangan salah mengenali lagi ya.”

“Hehehe, iya, tapi sepertinya ini yang terakhir kali, aku harus pergi jemputanku sudah datang.”

Sebuah mobil hitam mewah melintas di hadapan dan sesaat berhenti tak jauh dari tempat mereka berada.

Lho kamu mau kemana?” teriaknya.

“Rekreasi dong, biar tetep waras, hahahaha, sampai jumpa.” Lambaian tangannya mengudara, sambil menuju mobil mewah itu.

“Hei! Mau apa kamu? Pergi sana!” sebuah hardikan yang keras diterimanya.

Hahahaha, kamu kurang rekreasi ya, pagi-pagi sudah marah-marah, hahahaha.

Security! Usir orang gila ini dari komplek kantor, menjijikan.”

Dua buah tangan memeganginya dan membawanya kembali pada tempat semula di seberang jalan.

“Lho kok kamu balik lagi?”

Ah! Inilah akibatnya kalau supir lupa kuberi ijin untuk liburan sama keluarganya. Ia lupa dengan majikannya, dan malah marah-marah. Rekreasi itu penting untuk kesehatan jiwa.” Sesalnya.

“Ya sudah kamu rekreasi di sini saja, mudahkan?”

Hmm, baiklah daripada tidak sama sekali, hahahaha.”

Segerombolan gadis melintasi mereka dengan takut-takut bahkan setengah berlari ketika menyebrangi jalan.

“Eh, itu bukannya Pak Waras ya?” tanya salah seorang gadis berbaju kuning ketika sampai diseberang jalan.

“Ah yang bener?! tapi kalau diperhatikan iya bener itu Pak Waras mantan kepala bagian keuangan.” Jawab gadis berbaju merah.

“Kasihan ya, anak juga istrinya dibunuh sama perampok, padahal waktu itu Pak Waras baru dapat cuti buat liburan bareng keluarganya. Dia sering lembur dan keluarganya sering ngeluh karena liburan keluarga mereka gagal terus. Padahal dia atasan yang baik, aku enggak pernah kena marah kalau kerjaanku salah. Enggak disangka hidupnya bakal begitu.”

Gadis-gadis itu pun pergi masuk ke dalam kantor. Yang tertinggal hanya deru-deru kendaraan yang memadati jalan dan suara tawa yang sesekali mengudara memberi warna jalanan yang penuh sesak.

#onedayonepost
#odopbatch5
#menjelanglulus


1 komentar: